TUGAS
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI GRAVIDA”
Disusun Oleh :
Ratih
Kumala
04.08.2071
KONSENTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2011
BAB I
T I N J A U A N P U S T A KA
A. Multi Gravida
Multigravida
adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil. (Sastrawinata. S, 1983 :
156)
B. Hypertensi Kronis Dalam
Kehamilan
Hypertensi
kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi yang telah terjadi
sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi
sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2)
C. Batasan/Konsep Dasar
Hypertensi Kronis
1. Batasan
Penyakit
hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. (Sastrawinata.
S, 1984 : 90)
2. Klasifikasi Hypertensi
Menurut
American Committee and Maternal Welfare yang dikutip oleh Sulaeman Sastrawinata
dalam buku Obstetri Patologi tahun 1981, klasifikasi hypertensi adalah sebagai
berikut :
·
Hypertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk
kehamilan ialah preeklampsia dan eklampsia.
·
Hypertensi Kronis
Diagnosa dibuat atas adanya hypertensi sebelum kehamilan
atau penemuan hypertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini
tetap setelah kehamialn berakhir.
·
Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi
yang kronis. Pasien dengan hypertensi yang kronis sering memberat penyakitnya
dalam kehamilan dengan gejala-gejala hypertensi yang naik, proteinuri dan edema
serta kelainan retina.
·
Transient Hypertensi
Diagnosa dibuat kalau timbul
hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dalam nifas pada wanita
yang tadinya normotensi dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
3. Derajat Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan
Hypertensi
akibat kehamilan dapat diklasifikasikan ke dalam bagian ringan atau berat,
menurut frekuensi dan intensitas kelainannya. Adalah penting untuk menyadari
bahwa suatu keadaan yang kelihatannya ringan dapat menjadi berat. (Winardi. B,
199: 8)
Tabel 2.1 Indikator Derajat Beratnya
Hypertensi Akibat Kehamilan
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Tekanan Distolik < 100mmHg > 110mmHg
Proteinnuri 1+ ³ 2+
Sakit kepala tidak
ada ada
Gangguan penglihatan tidak ada ada
Nyeri perut atas tidak ada ada
Oliguri tidak ada ada
Kejang tidak ada ada
Creatinin serum normal meningkat
Trombosito penia tidak ada ada
Hyperbilirubinemia tidak ada ada
SGOT minimal nyata
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
Sumber : Pritcard, Mac
Donald, Giant. William Obstetri, 1991 : 612
4. Patofisiologi Hipertensi Kronis
Terdapat banyak akibat hypertensi karena
kehamilan yang terjadi pada ibu, berikut akan dibahas berdasarkan analisa
kelainan kardiovaskuler, hematologik, endokrin, elektrolit, renal, hepatik dan
serebral. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991: 616)
1) Sistem Kardiovaskuler
Meskipun terdapat peningkatan curah jantung pada ibu hamil
normal, tekanan darah tidak meningkat, tetapi sebenarnya menurun sebagai akibat
resistensi perifer berkurang. Pada ibu hamil dengan hypertensi, curah jantung
biasanya tidak berkurang, karena curah jantung tidak berkurang sedang
konstriksi arteriol dan tahanan perifer naik, maka tekanan darah akan
meningkat. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 616)
2) Hematologik
Perubahan-perubahan hematologik penting yang ditemukan pada
wanita hypertensi ialah penurunan atau sebenarnya tidak terjadinya hypervolemia
yang normal pada kehamilan, perubahan-perubahan mekanisme koagulasi dan adanya
peningkatan dekstruksi eritrosit. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 619)
3) Endokrin
Pada kehamilan normal, kadar plasma renin, angiotensin II dan
aldosteron meningkat. Sebaliknya pada hypertensi karena kehamilan, bahan
tersebut biasanya menurun mendekati batas normal pada keadaan tidak hamil.
Peningkatan aktivitas hormon anti deuritik juga menyebabkan
oliguri, kadar chorionic gonadotropin dalam plasma meningkat secara tidak tetap
sebaliknya lactogen placenta menurun. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 620)
4) Cairan dan Elektrolit
Biasanya volume cairan ekstraselular pada wanita dengan
preeklampsia dan eklampsia sangat bertambah melebihi penambahan volume yang
biasanya terjadi pada kehamilan normal. Mekanisme yang menyebabkan ekspansi
cairan yang patologis belum jelas. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 621)
5) Perubahan Hepar
Pada HKK (Hipertensi Karena Kehamilan) yang berat, kadang terdapat
kelainan hasil pemeriksaan hati yang meliputi peningkatan SGOT (Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminace), hyperbilirubin yang berat jarang terjadi.
(Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 623)
5. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kehamilan
Sebagai akibat penurunan sirkulasi
uteroplasenta maka konsumsi makanan
terhadap janin juga mengalami penurunan. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan badan janin merupakan akibat yang paling sering, dalam penelitian
mendapatkan frekuensi 15% bayi IUGR dan 27% bayi premature walaupun dilakukan
perawatan standart. (Winardi. B, 1991 : 5)
Diduga bahwa kapasitas nutrisi plasenta dalam keadaan tersebut
dipacu oleh peningkatan tekanan perfusi, dengan ini pula maka peningkatan
klirens dehidroisoandosteron sulfat. (Winardi. B, 1991 : 6)
Solusio placenta sejak lama diketahui lebih sering dijumpai
pada ibu dengan hypertensi. Insiden tertinggi didapatkan pada ekslampsi 23,6%
disusul hypertensi kronis 10% dan pre
eklampsi 2,3%.(Winardi. B, 1991 : 6)
6. Pengaruh Kehamilan Terhadap Hypertensi
Dikatakan 60% dari wanita yang menderita hypertensi kronis,
pada saat hamil akan mengalami kenaikan tekanan darah, 15-30% mempunyai resiko
untuk mendapatkan superimposed pre eklampsia.
Resiko terjadinya superimposed pre eklampsi tidak tergantung
pada tingkat hypertensinya. Bila terjadi penurunan fungsi renal (BUN >
20mg%) kreatinin serum > 1,5mg%
pada keadaan hypertensi kronis, maka resiko terjadinya superimposed pre
eklampsi mendekati angka 100%.
Dengan meningkatnya tensi pada saat hamil maka resiko lain
juga menjadi lebih tinggi misalnya infark miokard akut, CVA, payah jantung,
gagal ginjal, hematuria. (Winardi. B, 1991 :6)
7. Diagnosa
Ø Diagnosa hypertensi ditegakkan dengan
pengukuran secara serial dalam waktu berbeda-beda, dengan selang waktu beberapa
jam sampai beberapa hari, teknik pemeriksaan sangat penting diperhatikan,
karena harus dilakukan dengan benar. (Winardi. B, 1991 : 7)
Ø Cara Pengukuran
Cara pengukuran tekanan
darah yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Memakai alat sphygnomanometer air raksa dengan
menggunakan sthetoscope yang baik (peka)
2. Posisi duduk praktis untuk skrining
3. Posisi berbaring lebih memberikan hasil yang
bermakna
4. Lengan atas harus bebas dari baju yang ketat
5.
Memakai cuff yang sesuai (dapat melingkari 2/3 panjang lengan atas). (Winardi. B, 1991 : 7)
Ø Diagnosa hypertensi kronis
Diagnosa
hypertensi kronis harus memnuhi kriteria sebagai berikut :
1. Terjadi sebelum hamil atau sebelum 20
minggu kehamilan
2. Tidak ada proses mola (Winardi. B,
1991 : 7)
Apabila penderita datang pertama kali sesudah minggu 20-24
kehamilan, sulit untuk membedakannya dengan PIH. Secara khusus kita bisa
mengadakan diagnosa banding dengan beberapa ciri yang agak berbeda dengan PIH
antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.2 Perbedaan Hypertensi Kronis dengan PIH
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
Differensial
Diagnosa
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
1. Onset sebelum
hamil/ sesudah
minggu 20 -
hamil < 20 – 21 minggu 24 kecuali penyakit
tropoblast
2. Usia biasanya
relatif tua relatif muda
3. Paritas biasanya multi biasanya
primi
4. Nutrisi diet adekuat diet
protein inadekwat
5. Roll Over Test negatif positif
6. Sesudah persalinan permanen, sesudah 3 bulan biasanya hilang
6
mg pp selalu hilang
3
bln pp
7. Riwayat keluarga positif biasanya negatif
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
Sumber : Winardi, B.
1991. Hipertensi Kronis Pada Wanita Hamil : 8
Ø Pemeriksaan Labotarium
Pemeriksaan
pendahuluan diperlukan untuk menyingkirkan penyakit yang secara sekunder dapat
menyebabkan hypertensi antara lain :
1.
Faal ginjal : untuk mengetahui kemungkinan penyakit ginjal menahun seperti
pielonefritis akut, polikistik,dll.
2.
Cultur urine : untuk mengetahui
kemungkinan infeksi ginjal.
(Winardi.
B, 1991 : 8)
Ø Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakan diagnosa hipertensi kronis adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan
mata : dengan funduscopy untuk evaluasi lamanya penyakit diderita
Pemeriksaan
jantung : dengan bantuan ECG dapat kita diagnosa adanya komplikasi pembesaran
jantung yang menggambarkan lamanya proses hypertensi. (Winardi. B, 1991 : 8)
Ø Pemantauan Kesejahteraan Janin
Oleh
karena penyakit hypertensi kronis sering kali menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan janin, maka pemantauan kesejahteraan janin mutlak harus
dilakukan. Pemantauan bisa dilaksanakan dengan cara paling sederhana berupa
pemantauan pertambahan berat badan, tinggi furdus uteri hingga paling canggih
dengan pamakaian USG, NST dll. (Winardi. B, 1991 : 9)
8. Penatalaksanaan
Tujuan dari
pengelolaan/pengobatan penderita hypertensi kronis pada wanita hamil adalah :
v Untuk mempertahankan aliran darah
pada uterus terutama pada saat pembentukan plasenta.
Usaha
– usaha yang di perlukan untuk mencapai usaha tersebut adalah :
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Tirah baring terutama pada siang hari
mulai setidak-tidaknya 1 jam dalam sehari dan ditingkatkan sesuai umur
kehamilan. Curet menganjurkan bed rest selama 4 jam pada siang hari disamping
tidur malam 10 jam. (Winardi. B, 1991 : 10)
Keunggulan tirah baring ini dapat
meningkatkan perfusi utero placenta terutama pada posisi tidur miring kiri.
Mekanisme
tirah baring dijelaskan sebagai berikut :
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.gif)
â
Aliran darah rahim ä RBF ä GFR ä
â â
Amine endogen å
PNM å
Diurisis ä
Epi/Nonepinefrun T D å â
|
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image015.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image016.gif)
Keterangan :
RBF :
Aliran Darah Ginjal
GFR : Glomerular Filtration Rate
TD : Tekanan Darah
PNM : Kematian Perinatal (Winardi. B, 1991 : 10)
Tirah
baring absolut tidaklah diperlukan. Dikatakan bahwa absolute bed rest dapat
meningkatkan resiko embas paru. Selain itu dari segi psikologis ibu kurang
menguntungkan. Pada hypertensi yang berat disarankan tirah baring sampai saat
persalinan.
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Pemberian
phenobarbital dikatakan dapat meningkatkan keberhasilan program tirah baring
ini. Apabila tirah baring dan pemberian sedatif
ringan tak memberikan respon, perlu dipikirkan pemberian anti
hypertensi. (Winardi. B, 1991: 12)
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Diet yang baik diperlukan bagi
pertumbuhan janin dalam rahim. Kandungan protein minimal 90 gr setiap hari.
Diet rendah garam tidak ada keuntungan, bila didapatkan proteinuri maka
suplement pengganti protein yang hilang harus dipikirkan. Pada penderita
obesitas ada baiknya menurunkan berat badan. (Winardi. B, 1991 : 12)
v Untuk mengendalikan hypertensi dan
mencegah superimposed pre eklampsia/eklampsia.
Pada
hypertensi ringan terapi yang diajarkan adalah tirah baring saja dengan pemantauan
yang rutin 2x seminggu, sampai minggu ke 30, sesudahnya seminggu sekali, bila
perlu dapat diberikan phenobarbital, juga diet seimbang karbohidrat. Sedangkan
obat anti hypertensi yang sering dipakai adalah alfa metildopa, beta blockers,
hidralazin, clonidine, prazosun, antagonis kalsium, diuretikum. (Winardi. B,
1991 : 12)
v Pengakhiran kehamilan bila keadaan
menjelek atau terjadi gangguan pertumbuhan janin, apabila janin mampu hidup
diluar tubuh ibu.
Oleh
karena disfungsi plasenta seringkali terjadi pada hypertensi esensial yang
berat, dan kematian bayi pada umur kehamilan 38 mg tidak berbeda dengan
kehamilan aterm, maka induksi persalinan dianjurkan.
Indikasi
penyelesaian kehamilan dapat datang dari ibu maupun janin, indikasi itu
meliputi:
Peningkatan serum
kreatinin > 50% dari pemeriksaan sebelumnya, gangguan neurologik berat,
platelet count dibawah 100x109/1, hypertensi tak terkontrol,
peningkatan serum bilirubin.
Indikasi anak :
berkurangnya pertumbuhan dan pergerakan janin, maturitas paru, kardiotokografi
abnormal.
Cara penyelesaian persalinan dilakukan sesuai dengan situasi
dan persyaratan yang ada. (Winardi. B, 1991 : 19)
BAB II
Konsep
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Multi Gravida Dengan Hypertensi
Kronis
Penerapan
manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktik kebidanan dilakukan melalui
proses yang disebut langkah-langkah proses manajemen kebidanan. Langkah-langkah
itu meliputi : pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah dan kebutuhan,
intervensi, implementasi dan evaluasi hasil tindakan.
Proses
manajemen kebidanan merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan, dan
kemudian timbul masalah baru maka proses kembali ke langkah pertama. (Santosa.
NI, 1995 : 6)
A.
Pengkajian
Pengkajian
merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Kegiatan yang
dilakukan adalah anamnesa, pemeriksaan data obyektif yang meliputi palpasi,
auskultasi, perkusi, inspeksi serta pemeriksaan penunjang.
B.
Anamnesa
Anamnesa
ialah tanya jawab antara penderita dan petugas kesehatan tentang data yang diperlukan.
Tujuan
anamnesa meliputi : untuk mengetahui keadaan penderita, membantu menegakkan
diagnosa dan agar dapat mengambil tindakan segera bila diperlukan. (Ibrahim.
C,1996 : 80)
Hal-hal yang ditanyakan
pada saat anamnesa meliputi :
Anamnesa
|
Rasional
|
1. Anamnesa Umum
Biodata terdiri darai
nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir,
pekerjaan dan penghasilan serta alamat.Pada penderita dengan Hipertensi
Kronis, usia biasanya lanjut atau lebih dari 35 tahun.
2. Anamnesa kesehatan keluarga
Terdiri dari penyakit
keluarga klien, apa ada yang menderita penyakit keturunan (asma), diabetes
mellitus, haemophili keturunan kembar dan penyakit kronis. Pada penderita
dengan Hipertensi Kronis ditanya pula apakah dari pihak keluarga ada yang
menderita penyakit hipertensi.
3. Anamnesa kesehatan klien
Yang perlu ditanyakan
adalah sakit kepala, gangguan mata, nyeri perut atas, dan apakah sebelum
hamil atau sebelum usia kehamilan 20-21 minggu pernah menderita hipertensi .
4. Anamnesa kebidanan terdiri dari
Riwayat kehamilan ini (
keluhan nutrisi, pola eliminasi, astifitas, pola istirahat/tidur,
seksualitas, imunisasi)
Riwayat menstruasi
(menarche, lama haid, siklus, jumlah darah haid, dismenorrhae, keluhan, hari
pertama haid terakhir, fluor)
Riwayat kehamilan,
persalinan, nifas dan KB yang lalu, apakah pernah disertai dengan hipertensi.
|
Dengan adanya biodata kita dapat
mengenal klien serta diketahui permasalahan yang timbul sehingga lebih
terbuka membicarakan masalah kepada petugas kesehatan. (Ibrahim. C, 1996 :
81)
Dengan menanyakan
penyakit/kesehatan keluarga dapat diketahui penyakit yang mempengaruhi
kehamilan, langsung ataupun tak langsung. (Ibrahim. C, 1996 : 83)
Dengan menanyakan gangguan
subyektif kepada klien dapat membantu menegakkan diagnosa
Dengan menanyakan riwayat kehamilan
sekarang diharapkan petugas kesehatan mengetahui keadaan kehamilannya.
(Ibrahim. C, 1996 : 85)
Dengan menanyakan riwayat
menstruasi untuk membantuk menegakkan diagnosa (umur kelahiran) dan tafsiran
persalinan
Dengan menanyakan riwayat
kehamilan, persalinan, nifas, KB yang lalu maka petugas kesehatan dapat
memperkirakan kelainan pada kehamilan maupun persalinan
|
1.
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan
umum adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui keadaan
atau kelainan dan penderita.
Tujuan
dari pemeriksaan umum : untuk mengetahui kesehatan umum ibu dan mengetahui
adanya kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan. (Ibrahim. C,1996: 87)
Pemeriksaan umum pada ibu hamil
dengan hypertensi kronis meliputi :
No
|
Pemeriksaan
|
Rasional
|
1.
2.
3.
|
Keadaan umum meliputi :
-
Postur tubuh klien (tinggi atau pendek) bentuk perut klien, ekspresi
klien (lesu, pucat atau senang). (Ibrahim. C, 1996 : 87)
Tanda-tanda vital
-
Tekanan darah : pada usia kehamilan 20-30 minggu. Normalnya pada wanita
hamil dibagi menurut umur sebagai berikut :
20 tahun : Tekanan darah 120/80 mmHg
20-30 tahun : Tekanan darah 110/70 mmHg
(Ibrahim. C, 1996 : 91).
Pada penderita dengan hipertensi
kronis didapatkan tekanan darah
>140/90 mmHg sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20-21 minggu.
-
Nadi : dihitung 15 menit dikalikan empat, menghitung dengannadi pada
pergelangan tangannya. (Bouwhizen. M, 1986 : 28)
-
Suhu : suhu badan normalnya 36,5oC-37.5oC.
(Bouwhizen. M, 1986 : 14)
-
Respirasi : respirasi dihitung dari keteraturan pernapasan normalnya 18-24 x 1 menit. (Bouwhizen. M,
1986 : 28)
Mengukur berat badan
Beratbadan pertambahannya sampai
hamil genap bulan lebih kurang 11-11,5 kg sehingga kenaikan rata-rata berat
badan setiap minggu 0.5 kg. (Ibrahim. C,1996 : 110)
Pada penderita Hipertensi Kronis
yang mengarah kearah superimposed pre eklampsia didapatkan kenaikan berat
badan yang melebihi dari normal.
Mengukur tinggi badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan
pada ibu yang pertama kali datang. Tinggi badan tidak boleh £ 145
cm. (Manuaba. IBG, 1998 : 37)
Mengukur lingkaran lengan atas
(LILA) normalnya ³23,5 cm. (Santosa. NI, 1995 : 67)
|
Dengan melihat keadaan umum pasien
atau klien dapat diketahui keadaannya normal atau menunjukkan adanya kelainan
Pada wanita hamil yang dikatakan
darahnya lebih dari normal perlu mendapat pengawasan dan nasehat untuk banyak
istirahat dan pengaturan denyut
Pada penderita yang mengalami kehilangan
darah maka frekuensi denyut nadi pergelangan tangan akan meningkat dan
denyutnya lebih sukar diraba
Pada penderita dengan suhu tubuh
lebih dari 38oC menunjukkan orang yang bersangkutan mengalami
demam, kalau suhu tubuh kurang dari 35oC maka orang tersebut
mengalami suhu rendah.
Dengan menghitung pernapasan dapat
kita ketahui apakah pernapasan penderita terhenti sama sekali atau tidak,
sehingga perlu segera diambil tindakan untuk menyelamatkan penderita
Dengan mengukur berat badan dan
memantau hasilnya. Pada kenaikan berat badan yang lebih dari 0,5 tiap
minggunya dan disertai adanya aedema pada trimester III harus diwaspadai
Dengan mengukur tinggi badan dapat
kita ketahui apakah ibu hamil masih belum katagori resiko tinggi atau resiko
rendah
Dengan mengukur LILA dapat
diketahui status gizi ibu (apakah mengalami kekurangan energi kalori atau
tidak)
|
2.
Pemeriksaan fisik
dibagi menjadi :
a) Pemeriksaan Inspeksi ialah
Pemeriksaan Inspeksi ialah
memeriksa penderita dengan melihat atau memandang.
Tujuan dari inspeksi ialah melihat keadaan umum penderita
melihat gejala-gejala kehamilan dan kemungkinan adanya kelainan-kelainan.
(Ibrahim. C,1996: 111)
Hal-hal yang
diperiksa
|
Rasional
|
Kepala dan muka (muka, mata,
hidung, bibir dan gigi), apakah ada
oedema dan gangguan penglihatan.
Keadaan leher (kelenjar gondok,
linfe, struma, pembesaran vena jogularis)
Keadaan buah dada (betuk, warna
kelainan, puting susu, coloustrun)
Keadaan perut (bentuk perut,
pembesaran, striae, linea, luka parut)
Keadaan vulva (aedema, tandu
chadwik, varisei, fluxus, flour, candi lama)
Keadaan tungkai (aedema, varises,
luka dari pangkal paha samapai ujung kaki)
|
Dengan melihat kepala dan muka
dapat disampaikan keadaan klien sehat, gembira, sakit atau sedih. (Ibrahim.
C, 1996 : 112)
Dengan melihat keadaan leher adalah
pembesarannya kemungkinan adanya gangguan kardiokvasikuler. (Ibrahim. C, 1996
: 113)
Dengan melihat keadaan buah dada
dapat diketahui bentuk puting susu sehingga bila ada kelainan harus mendapat
perawatan atau pemeliharaan yang baik. (Ibrahim. C, 1996 : 114)
Dengan melihat perut bila ada luka
parut mungkin akan berpengaruh atau mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
(Ibrahim. C, 1996 : 114)
Dengan melihat keadaan vulva untuk
mencegah terjadinya infeksi waktu persalinan maupun nifas. (Ibrahim. C, 1996
: 115)
Dengan melihat anggota bagian bawah
terutama tungkai dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa. (Ibrahim. C, 1996 :
115)
|
b) Pemeriksaan Palpasi
Pemeriksaan
palpasi ialah memeriksa klien dengan meraba. Tujuan dari pemeriksaan palpasi
meliputi usia kehamilan, posisi, letak dan presentasi janin serta adanya
kelainan.
Hal-hal yang diperiksa meliputi :
Pemeriksaan
|
Rasional
|
Leher meliputi kelenjar thygroid,
linfe dan vena jogularis
Dada meliputi benjolan, nyeri tekan
pada payudara, pengeluaran coloustrum
Abdomen meliputi leopold I, II,
III, IV
Tungkai
|
Dengan pemeriksaan palpasi pada
leher untuk mengetahui kelainan seacara dini
Dengan pemeriksaan dada untuk
mengetahui adanya tumor payudara dan pengeluaran coloustrum
Dengan palpasi abdomen maka dapat
diketahui usia kehamilan dan posisi janin
Dengan palpasi tungkai
maka dapat diketahui adanya kelainan yang menyertai kehamilan. (Ibrahim. C,
1996 : 121)
|
Untuk menentukan tinggi fundus uteri
dan umur kehamilan :
Umur kehamilan
|
Tinggi findus uteri (jari)
|
Tinggi firdus uteri (cm)
|
0-12 minggu
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
32 minggu
36 minggu
40 minggu
|
Belum berubah
3 jari atas symphisis
3 jari bawah pusat
Setinggi pusat
3 jari diatas pusat
Antara pusat dan processus
xyphoideus
Lengkungan tulang iga atau lebih
kurang 3 jari dibawah processus xyphoideus
3 jari dibawah processus xyphoideus
(Ibrahim. C, 1996 : 124)
|
-
-
20 cm
23 cm
26 cm
30 cm
33 cm
|
c) Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan
auskultasi adalah memeriksa klien dengan mendengarkan detil jantung janting,
untuk menentukan keadaan janin didalam rahim hidup atau mati. (Ibrahim. C,1996
: 137)
d) Pemeriksaan Perkusi
Pemeriksaan perkusi adalah memeriksa
klien dengan mengetuk lutut bagian depan menggunakan refleks hammer untuk
mengetahui kemungkinnan klien mengalami kekurangan vitamin B1. (Syahlan. JH,
1993 : 68)
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan labotarium (urin dan darah) kalau perlu rontgen,
ultrasonografi dan Non Stres Test (NST). (Santosa. NI, 1996 : 6 )
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Analisa, diagnosa,
masalah adalah interpretasi dan data ke dalam masalah-masalah yang khusus atau
diagnosa-diagnosa. (Varney, 1997 : 25)
Hasil
dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang
disebut diagnosa kebidanan.
Diagnosa
kebidanan mencakup : kondisi klien yang terkait dengan masalah-masalah utama
dan penyebab utamanya (tingkat resiko), masalah potensial dan prognosa
(Syahlan, 1995 : 9)
Masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien.
(Syahlan, 1995 : 10)
Analisa
data dalam rangka menentukan diagnosa atau masalah klien meliputi
pengelompokkan data sejenis, yang dapat menunjang untuk merumuskan suatu
diagnosa, masalah ataupun kebutuhan klien. Analisa data pada klien dengan
hypertensi kronis meliputi :
C.
Diagnosa
Multi gravida dengan hypertensi
kronis
Data pendukung : 1. Kehamilan lebih dari satu kali, 2. Tekanan darah
arteri melebihi 140/90 mmHg, 3. Tidak terdapat protein dalam urine, 4. Oedema
ekstremitas hanya sedikit atau tidak ada. (Muchtar. R, 1998 : 158)
D.
Masalah
Adapun
masalah-masalah yang timbul pada ibu hamil dengan hypertensi kronis adalah :
Gangguan rasa nyaman pusing, data
pendukung : 1. Klien mengeluh kadang-kadang kepala pusing, 2. Keadaan umum ibu
baik, 3. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
E.
Kebutuhan
Nasehat
yang dapat dianjurkan pada ibu hamil dengan hypertensi kronis adalah sebagai
berikut :
1. Istirahat (tirah baring)
2. Pemberian obat anti hypertensi
3. Diet nutrisi seimbang
4. Pemantauan kahamilan
5. Pengenalan tanda-tanda persalinan
6. Pengenalan gawat janin
F.
Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial terhadap kasus
hypertensi kronis pada ibu hamil meliputi :
1. Toxemia Gravidarum
Data pendukung : 1.
Tekanan darah ³ 140/90 mmHg, 2. Terdapat protein didalam urine, 3.
Oedema pada extremitas, 4. Disertai gejala-gejala subyektif seperti sakit
kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan, oliguri dan berat badan meningkat
secara berlebihan.
2. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin
Data pendukung : Non Stres Test (NST)
3. Partus Prematur
Data pendukung : partus usia kehamilan £ 37 minggu.
4. Solusio Placenta
Data pendukung : 1. Keluarnya darah
berwarna kehitaman yang disertai rasa nyeri, 2. Palpasi rahim teraba keras
seperti papan, 3. Anemia, 4. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus
menerus (karena isi rahim bertambah).
G.
Perencanaan
Berdasarkan
diagnosa, masalah, kebutuhan yang ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan.
Rencana tindakan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
bidan dalam melakukan intervensi.
Langkah-langkah
penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
ü Menentukan tujuan tindakan yang akan
dilakukan. Di dalam tujuan dikemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai.
ü Menentukan kriteria evaluasi dan
keberhasilan tindakan. Kriteria evaluasi dan hasil tindakan ditentukan untuk
mengukur keberhasilan dan pelaksanaan asuhan yang dilakukan.
ü Menentukan langkah-langkah tindakan sesuai
dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai.
Langkah-langkah tindakan mencakup : kegiatan yang
dilakukan secara mandiri, kegiatan kolaborasi dan rujukan. (Doenges Marilyn,2000)
Perencanaan
yang terdapat pada kehamilan dengan hypertensi kronis adalah sebagai berikut
Rencana
|
Rasional
|
1. Diagnosa
Multigravida dengan
hypertensi kronis
Tujuan :
Setelah dua minggu dilakukan asuhan kebidanan maka gejala
hypertensi kronis hilang
Kriteria hasil :
Tekanan darah £
140/90 mmHg, pemeriksaan kehamilan normal
Rencana
Jelaskan pada klien tentang kehamilan nya dan hal-hal yang harus diperhatikan
Anjurkan pada klien istirahat yang
cukup setidakanya 1 jam pada siang hari dan 10 jam pada tidur malam.
Anjurkan pada klien untuk
mengkonsumsi diet gizi seimbang.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat anti hypertensi.
Jelaskan tanda-tanda bahaya
kehamilan dan anjurkan untuk segera ke rumah sakit bila ada tanda-tanda itu.
Anjurkan pada klien untuk kontrol
satu minggu atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.
Masalah
Gangguan rasa nyaman, pusing
Tujuan :
Setelah 7 hari dilaksanakan asuhan
kebidanan pada klien dengan hypertensi kronis rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
Keluhan kepala pusing tidak ada
tekanan darah £ 140/90 mm Hg klien merasa nyaman
Rencana :
Kaji penyebab timbulnya rasa pusing
pada klien
Jelaskan pada klien tentang cara
mengatasi rasa pusing
Anjurkan pada klien untuk sering
jalan-jalan pagi hari sesuai batas kemampuan
Kebutuhan:
HE
tentang kehamilan resiko tinggi .
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil multigravida dengan hypertensi kronis selama 24 jam, klien
memahami akan kehamilannya.
Kriteria :
Ekspresi wajah tenang
perasaan khawatir hilang
istirahat cukup
Rencana :
Kaji penyebab rasa cemas dan
pengaruh rasa cemas dan pengaruh cemas terhadap kehamilan
Anjurkan pada klien untuk sering
menyimak berita soal kehamilan seperti majalah, TV atau radio
Berikan dukungan dan juga dari
keluarga secara ramah dan tenang terhadap kehamilan klien
Anjurkan untuk kontrol teratur
setiap satu minggu sekali
|
Dengan penjelasan yang diberikan
diharapkan klien mengerti dan memahami kelainan pada kehamilannya sehingga
termotivasi untuk mengatasi masalah yang timbul
Keuntungan tirah baring dapat
meningkatkan perfusi uteroplacenta terutama pada posisi tidur miring kiri.
Dengan mengkonsumsi diet gizi
seimbang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan metabolisme klien dan
pertumbuhan janin didalam rahim.
Dengan melakukan kolaborasi, bidan
melakukan fungsi dependent untuk membantu mempertahankan kondisi klien.
Dengan mengetahui tanda-tanda
berbahaya kehamilan diharapkan klien dapat segera mengambil keputusan yang
cepat dan tepat.
Dengan kontrol teratur diharapkan
kesejahteraan ibu dan janin dapat dipantau dengan baik.
Dengan mengetahui penyebab rasa
pusing, intervens yang diberikan diharapkan dapat lebih mengena faktor
penyebabnya.
Dengan penjelasan alternatif-alternatif cara
mengatasi/mengurangi pusing diharapkan dapat mengurangi masalah klien
Dengan jalan-jalan pagi akan menyebabkan
relaxasi otot sehingga kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan
baik, dan yang lebih penting klien akan nampak selalu segar dan sehat
Cemas yang berlebihan dapat
menyebabkan vasukonstriksi sehingga terjadi vasuspasme dan akhirnya menambah
peningkatan tekanan darah
Dengan pengetahuan diharapkan dapat
mengurangi tingkat kecemasan klien
Dengan dukungan dari orang-orang
terdekat, diharapkan dapat mengurangi beban psikis klien karena lingkungan
banyak yang peduli terhadap klien
Dengan kontrol teratur, dapat
dipantau kesejahteraan janin sehingga mengurangi kecemasan klien terhadap
keadaan bayinya
|
H.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Beberapa prinsip dalam
pelaksanaan tindakan meliputi :
o
Tindakan
kebidanan apa yang dapat dikerjakan sendiri, dibantu atau dilimpahkan kepada
staf lainnya, kepala klien atau keluarga
serta di rujuk kepada tenaga lain dari team kesehatan.
o
Penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.
o
Mengamati
hasil dari tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
dan mengadakan konsultasi
atau Mencatat jika perlu dilakukan rujukan.
(Santosa. NI, 1993 : 131-132)
o Mencatat dan mengadakan konsultasi
jika perlu di lakukan perujukan (Santosa. NI, 1993 : 131-132)
I.
Evaluasi
Evaluasi tindakan merupakan langkah
terakhir dalam melaksanakan manajemen kebidanan. Setelah dilakukan evaluasi,
bidan merencanakan pada klien yang telah dilakukan tindakan kebidanan, perlu
atau tidak melakukan follow up. Apabila perlu dilakukan follow up, harus
direncanakan bentuk dan waktu follow up terhadap klien. Sehingga klien
mendapatkan asuhan kebidanan yang kompresiensif dan berkesinambungan. (Santosa.
NI, 1993 : 132)
DAFTAR PUSTAKA
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar