Selasa, 29 Maret 2011

askep CA COLORECTAL by Nisa

NAMA :NUR ANNISA RIHMAWATI
NIM:04.08.2060

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CANCER COLORECTAL

1. Tinjauan Umum
Kanker dalam usus halus sangat jarang dan tidak dibahas dalam teks ini. Kanker colon dan rektum bagaimanapun kanker ini di USA terjadi paling banyak diantara laki-laki dan perempuan dan diantara keduanya ditetapkan secara bersama-sama (American Cancer Society / ACS 1998)
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colorektal.

2. Patofisiologi
Perubahan Patologi
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian ( Sthrock 1991 a ) :
• 26 % pada caecum dan ascending colon
• 10 % pada transfersum colon
• 15 % pada desending colon
• 20 % pada sigmoid colon
• 30 % pada rectum
Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun ( Sthrock ).
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk :
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang
- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

3. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
 Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
 Pembentukan abses
 Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
4. Etiologi
Penyebab dari pada kanker colorektal tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Tabel 56-1. Makanan yang menyebabkan resiko terhadap Ca Colorektal :

Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor colorektal menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker colorektal menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma colorektal : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker colorektal berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma colorektal menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker colorektal. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker colorektal akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut
5. Kejadian.
Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker colorektal pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker ini pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar klien pada kanker colorektal mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki.
6. Alternatif Transcultural.
Kejadian Ca colorektal pada USA tampaknya mengalami kemunduran dari seluruh bangsa-bangsa lain kecuali pada laki-laki afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker ini terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan afrika ini adalah pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang penduduknya mengalami kejadian yang rendah terhadap Ca colon mempunyai diet tinggi terhadap buah-buahan,sayuran,ikan dan sebagian kecil daging.

COLABORATIF MANAGEMENT
PENGKAJIAN
1.Sejarah
Sejarah Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis kelamin,sejarah diet dan keadaan dari letak geografi diet. Sebagian besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat :
1. Sejarah dari keluarga terhadap Ca colorektal
2. Radang usus besar
3. Penyakit Crohn’s
4. Familial poliposis
5. Adenoma
Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan pada usus besar seperti diare dengan atau tanpa darah pada feces klien mungkin merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan .

2. Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda Ca Colorektal tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah :
• Perdarahan pada rektal
• Anemia
• Perubahan feces
Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya (tetapi bisa tidak banyak) tumor disebelah kiri kolon dan rektum.
Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colorectal adalah :
• teraba massa
• pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya
• perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri
Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.

3. Pemeriksaan psikososial.
Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien dan keluarga klien.
Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini.

4. Pemeriksaan laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (Tanaman lobak dan Gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan (ibu profen) Kortikosteroid atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang gambaran pengobatan lain.
Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang positif.
Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit.

5. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
.
6. Pemeriksaan Diagnosa lainnya.
Tim medis biasanya melakukan sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor. Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut.

ANALISIS
1. Diagnosa keperawatan utama
.Pasien dengan tipe Ca colorektal mempunyai diagnosa keperawatan seperti dibawah ini:
a. Resiko tinggi terhadap luka s.d efek dari tumor dan kemungkinan metastase.
b. Ketidakefektifan koping individu s.d gangguan konsep diri.
2. Diagnosa keperawatan tambahan
a. Nyeri s.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang lainnya.
b. Gangguan pemeliharaan kesehatan s.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, program diagnosa dan rencana pengobatan.
c. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi s.d gangguan pada peran, perubahan gaya hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian.
d. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d program diagnosa.
e. Ketakutan proses penyakit
f. Ketidakberdayaan s.d penyakit yang mengancam kehidupan dan pengobatannya.
g. Gangguan pola sexual s.d gangguan konsep diri.

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
RESIKO TINGGI TERHADAP LUKA
Perencanaan : Tujuan Klien. Tujuan untuk klien adalah :
a. Pengalaman pengobatan atau memperpanjang kelangsungan hidup.
b. Pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup.
c. Tidak ada pengalaman tentang komplikasi kanker termasuk metastase.
Intervensi :
Pembedahan biasanya pengobatan untuk tumor di kolon atau rektal.Tetapi radiasi dan kemoterapi mungkin juga digunakan untuk membantu pembedahan, untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan kanker.
Pelaksanaan tanpa pembedahan.
Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien untuk menentukan rencana pengobatan yang baik dengan mempertimbangkan usia, komplikasi penyakit dan kualitas.
Terapi radiasi
Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidak dilaksanakan secara rutin. Terapi ini dapat menyebabkan kesempatan yang lebih banyak dari tumor tertentu, yang mana terjadi fasilitas reseksi tumor selama pembedahan.
Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas penyebaran metastase. Sebagai ukuran nyeri, terapi radiasi menurunkan nyeri, perdarahan, obstruksi usus besar atau metastase ke paru-paru dalam perkembangan penyakit.
Perawat menerangkan prosedur terapi radiasi pada klien dan keluarga dan memperlihatkan efek samping (contohnya diare dan kelelahan). Perawat melaksanakan tindakan untuk menurunkan efek samping dari terapi .
Kemoterapi
Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca kolorektal kecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala-gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada klien dengan metastasis liver.
Manajemen pembedahan
Reseksi kolon dengan atau tanpa kolostomi dan reseksi perineal abdomen adalah prosedur umum pembedahan terhadap Ca kolorektal.
Reseksi kolon
Tipe khusus terhadap reseksi dan keputusan untuk membuat kolostomi sementara atau permanen tergantung pada :
- Lokasi dan ukuran tumor
- Tingkat komplikasi (contoh obstruksi atau perforasi)
- Kondisi klien
Reseksi kolon melibatkan pemotongan pada bagian kolon dengan tumor dan meninggalkan batas area dengan bersih.
Perawatan Pre operatif
Perawat membantu klien untuk menyiapkan reseksi kolon dengan mempertegas keterangan dari dokter terhadap prosedur rencana pembedahan. Klien menanyakan kepastian tentang kemungkinan perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologi setelah pembedahan sebelum evaluasi pembedahan tumor dan kolon, dokter mungkin tidak dapat menentukan apakah kolostomo diperlukan sementara atau permanen. Jika ini sebuah penyakit dokter memberikan pertolongan pada klien tentang kemungkinan kolostomi. Ketika dokter memastikan kolostomi akan diperlukan, klien bertanya tentang kolostomi sebelum pembedahan. Jika kolostomi pasti direncanakan, perawat mengkonsulkan terapi enterostomal untuk menasehati penempatan ostomi yang optimal dan mengintruksikan kepada klien tentang fungsi umum ostomi dan rasionalnya. Terapi enterostomal adalah perawat yang recatat mempunyai latihan spesialisasi yang lengkap dan disahkan dalam perwatan ostomi.
Tidak berfungsinya alat sexual adalah suatu masalah yang potensial untuk laki-laki dan wanita yang mengalami Ca bedah rektal.Pembicaraan dokter ini tentang resiko terhadap klien,dan yang mendukung klien dalam usaha ini.Perawat mempersiapkan klien untuk bedah abdomen dengan anestesi umum.
Jika usus tidak obstruktif atau perforasi,rencananya adalah bedah elektif. Klien menerima dengan sungguh-sungguh pembersihan dari usus, atau “persiapan pembersihan usus”, untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya komplikasi, untuk persiapan pembersihan usus klien mengintruksikan untuk menentukan diet mereka untuk membersikan cairan cairan 1-2 hari sebelum pembedahan. Pembersihan mekanik akan sempurna dengan pencuci perut dan pemasukan cairan ke dalam poros usus atau dengan melavement seluruh isi perut. Untuk melavement seluruh isi perut, kuantitas besar makanan klien pada sodium sulfat dan poliyethilene glycol solution. Solusi yang melebihi kapasitas absobsi pada usus kecil dan colon bersih dari feces. Untuk mengurangi bahaya infeksi, para ilmuwan memberikan antibiotik oral atau intravena untuk di berikan pada hari sebelum pembedahan
Prosedur Operatif
Ahli bedah membuat insisi dalam perut dan memeriksa rongga abdomen untuk menentukan letak reseksi dari tumor tersebut. Bagian dari colon dengan tumor adalah menghilangkan dan terkhir membuka dua pada usus yang di irigasi sebelum hubungannya dengan colon. Jika hubungan ini tidak dapat dijalankan karena lokasi pada tumor atau kondisi pada usus.( Contoh inflamasi) ,kolostomi meningkat. Ahli bedah membuat colostomi dengan membuat pembukaan dalam lubang. Pada kolon ( Lubang kolostomi ) atau dengan membagi kolon dan terakir membawa keluar satu ( Akhir terminal kolostomi ), sisa setoma adalah sisa lubang menjahit luka untuk kulit pada abdomen. Kolostomi mungkin dapat meningkat pada kolon ascending,transversum,descending atau kolon sikmoit
Prosedur Hartman sering kali di lakukan ketika kolostomi sementara yang menghendaki untuk istirahat dan beberapa bagian usus. Kolon proksimal di gunakan untuk membuat kolostomi. Ahli bedah menjahit ujung distal dari kolon dan tempat dalam rongga abdomen atau eksterior pada mucus fitula.
Perawatan post operatif
Klien yang mempunyai kerusakan kolon tanpa menerima perawatan kolostomi sejenis, untuk klien yang menderita sedikit bedah abdomen.
Pasien yang mempunyai kolostomi dapat kembali dari pembedahan dengan sebuah sistem kantung ostomi pada tempatnya. Bila tidak ada sistem kantung pada tempatnya, Perawat meletakkan pembalut petrolatum tipis pada seluruh setoma untuk menjaganya untuk tetap lembab. Kemudian, stoma ditutup dengan pembalut steril yang kering. Perpaduan dengan terapi enterostomal (ET), perawat meletakkan sistem kantung sesegera mungkin. Sistem kantung kolostomi membuat lebih nyaman dan pengumpulan feces lebih bisa di terima dari pada dengan pembalutan.
Perawat mengobserfasi untuk :
- Nekrosis jaringan
- Perdarahan yang tidak biasa
- Warna pucat, yang mengindikasikan kurang sirkulasi
Stoma yang sehat berwarna merah muda-kemerahan-dan lembab. Sejumlah kecil perdarahan pada stoma adalah biasa tetapi perdarahan lain dilaporkan pada dokter bedah. Perawat juga secara berfrekuensi memeriksa sistem katung untuk mengetahui kondisinya tetap baik dan tanda-tand kebocoran.
Colostomi harus mulai berfungsi 2 – 4 hari setelah operasi. Ketika colostomi mulai berfungsi , kantung perlu dikosongkan secara berfrekuensi untuk menghilangkan gas yang terkumpul. Kantung harus di kosongkan bila sudah 1/3 –1/2 nya sudah penuh feces. Feces berbentuk cair sesudah operasi, tetapi menjadi lebih padat, tergantung pada di mana stoma diletakkan pada kolon. Sebagai contoh feces dari kolostomi dalam kolon bagaian atas yang naik adalah cair, feces di kolostomi dalam kolon melintang berbentuk pasta (mirip dengan feces seperti biasanya yang dikeluarkan dari rektum).
Aspek penting yang lain dari kolostomi adalah perawatan kulit. Barier pelindung di letakkan pada kulit sebelum kantung di pasang. Perawat mengamati kulit di sekitar stoma, untuk kulit kemerahan atau kerusakan kulit dan memberitahukan pada dkter atau ahli terapi atau fisik bila terjadi iritasi kulit.
Pemindahan Abdominal – Perineal
Bila ada tumor rektal, struktur pendukung rektum dan rektal dapat perlu di pindahkan. Pemindahan abdominal perineal biasanya membutuhkan kolostomi yang permanen untuk evaluasi. Bagaimanapun dengan improfisasi pada teknik pembedahan, banyak pasien dapat menjalani pemindahan kolon dengan spincter rektal dibiarkan utuh. Dengan demikian kebutuhan kolostomi dapat di hindari.
Perawatan pra operasi
Perawatan pra operasi untuk pasien yang menjalani pemindahan A/P sama dengan yang diberikan pada pasien yang menjalani pemindahan kolon (lihat bagian awal).


Prosedur Operasi
Dokter bedah membuka kolon sigmoit, kolon rekto sigmoid, rektum dan anus melalui kombinasi irisan pada abdominal dan perineal. Di buat akiran yang permanen dari kolostomi sigmoid.
Perawatan pasca operasi
Perawatan pasca operasi setelah pemindahan A/P adalah sama dengan perawatan yang diberikan setelah pemindahan kolon dengan pembuatan kolostomi sigmoid. Perawat bekerja sama dengan dokter ET untuk menyediakan perawatan kolostomi dan pasien serta pendidikan untuk keluarga.
Ada 3 metode dalam pembedahan untuk menutup luka :
• Luka dibiarkan terbuka, kasa diletakkan pada luka, dibiarkan pada tempatnya selama 2-5 hari. Bila ahli bedah melakukan pendekatan ini, irigasi luka dan kasa absorben digunakam sampai tahap penyembuhan.
• Luka dapat sebagian saja ditutup karena penggunaan jahitan luka atau bedah penrose yang diletakkan untuk pengeringan cairan yang terkumpul didalam luka.
• Luka dapat ditutup seluruhnya , kateter diletakkan melalui luka sayatan sepanjang sisi luka perineal dan dibiarkan selama 4-6 hari. Satu kateter digunakan untuk irigasi luka dengan salin isotoni yang steril dan kateter yang lain dihubungkan pada pengisapan yang bawah.
Pengeringan dari luka parineal dan rongga perut adalah penting karena kemungkinan infeksi dan pembentukan abses. Pengeringan copius serosa nguineous dari luka perineal adalah diharapkan penyembuhan luka perineal dapat memerlukan 6-8 bulan. Luka dapat menjadi sumber rasa tidak nyaman pada irisan abdominal dan ostomi. Dan perlu perawatan yang lebih baik dan intensif. Pasien dapat dihantui rasa sakit pada rektal karena inerfasi simpatik untuk kontrol rektal tidak diganggu. Sakit dan rasa gatal kadang-kadang bisa terjadi srtelah penyembuhan. Tidak ada penjelasan secara fisiologis untuk rasa ini. Intervensi dapat termasuk pengobatan anti puritis seperti bezocain dan sitz baths. Perawat : - Menjelaskan fisiologi dari sensasi perineal pada pasien
-Secara berkelanjutan menilai tanda infeksi, nanah atau komplikasi lainnya.
-Metode pelaksanaan menbentuk pengeringan luka dan kenyamanan ( Bab 56-2 ).

PENAANGGULANGAN SECARA INDIVIDUAL YANG TAK EFEKTIF
Rencana: Tujuan pasien
Tujuannya adalah bahwa pasien akan mengidentifikasi, mengembangkan dan menggunakan metode penanggulangan yang efektif dalam persetujuan dengan meluhat perubahan dan takut kehilangan pengalaman.
INTERVENSI
Pasien dan keluarganya dihadapkan dengan isu atau rumor penyakit kanker kemungkinan kehilangan fungsi tubuh dan perubahan fungsi tubuh.
Perawat mengamati dan mengidentifikasi :
• Metode baru penanggulangan pasien dan keluarganya
• Sumber dukungan atau semangat yang efektif digunakan pada saat setelah krsisis

POKOK-POKOK ILMU KEPERAWATAN LUKA PERINEAL
* Perawatan luka
irigasi luka dengan normal salin povidon iodin ( betadin ) atau larutan peroksida sering seringnya diperintahkan oleh dokter menggunakan tehnik steril dengan teliti.
- Letakkan kasa penghisap diatas luka
- Ajarkan klien bahwa dia boleh :
1. Menggunakan serbet wanita sebagai pembalut .
2. Memakai celana dalam tipe joki dari petinju
3. Mencukur rambut perineal sering-sering
* Langkah-langkah kenyamanan
@ Rendam daerah luka dalam air ukuran 10 – 20 minimal 3 atau 4 kali per hari.
@ Berikan obat sakit sesuai perintah dan taksiran yang efektif
@ Ajarkan pasien tentang aktifitas yang diperbolehkan. Klien boleh :
- Mengambil posisi berbaring menyamping di tempat tidur, menghindari duduk untuk waktu lama.
- Menggunakan bantal busa atau bantal yang lembut untuk duduk sewaktu-waktu dalam posisi duduk.
- Menghindari penggunaan alat cincin udara tau kue karet
* Pencegahan komplikadsi
a. Pertahankan keseimbangan larutan dan elektrolit dengan melihat kemasukan dan pengeluaran serta melihat pengeluaran dari luka perineal.
b. Observasi intregitas barisan jahitan, perhatikan eritema, edema, perdarahan ,drainage purulent, bau yang luar biasa dan berlebihan atau perasaan sakit yang teru-menerus.
Klien dan keluarganya memperkenalkan ajaran tentang masalah kesehatan ke klien
Perawat mendorong pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaan tentang ostmi. Perawat mengatakan bahwa kesedihan, kemarahan, perasaan kehilangan dan depresi adalah respon normal untuk perubahan fungsi tubuh.
Hal itu dapat menolong diskusi tentang kolostomi sebagai satu aspek perawatan pasien dari pada membuat hal itu sebagai dari perawatan, seperti defekasi hanya satu aspek fungsi fisiologi pasien. Perawat mendorong pasien untuk melihat dan menyentuh stoma. Waktu tenaga jasmani klien mampu, perawat mendorong pasien berpartisipasi dalam perawatan kolostomi. Perawat membantu pasien dan keluarganya dalam merumuskan pertanyaan dan menungkapkan dengan kata-kata. Perwat mengobserfasi apakah pasien mempunyai informasi penting dan mempunyai kemampuan psikomotor yang di pelajari utuk perawatan kolostomi. Partisipasi dalam membantu untuk memulihkan perasaan pasien dalam mengontrol gaya hidup dan memudahkan peningkatan menghargai diri sendiri.



PERENCANAAN PERAWATAN
* Persiapan perawatan rumah
Perawat menilai semua pasien mempunyai kemampuan melakukan perawatan insisi dan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) dalam batas-batas tertentu.
Untuk pasien yang menjalani kolostomi, perawat menimbang situasi rumah untuk membantu pasien dalam pengaturan perawatan. Jadi ostomi akan berfungsi secara tepat, pasien dan keluarga harus menjaga persediaan ostomi di daerah (kamar mandi lebih disukai) dimana temperatur tidak panas juga tidak dungin (rintangan kulit dapat menjadi keras atau meleleh dalam temperataur ekstrim).
Tidah ada perubahan yang di butuhkan dalam akomodasi tidur. Beberapa pasien pindah ke ruangan tersendiri atau ke tempat tidur kembar. Ini dapat menuntun jarak fisik dan emosionil dari suami atau istri dan yang penting lainnya. Penutup karet pada awalnya dapat di tempatkan di atas kasur tempat tidur jika pasien merasa gelisah tentang sistem kantung.
* Pengajaran kesehatan
Pasien yang menjalani reseksi kolon tanpa kolostomi menerima instruksi untuk kebutuhan spesifik di berokan sama pada pasien yang menjalani bedah abdomen. Di samping informasi ini, perawat mengajar semua pasien dengan reseksi kolon untuk melihat dan manifestasi laporan klinik untuk opstruksi usus dan perforasi.
Rehabilitasi sesudah bedah ostomi mengharuskan pasien dan keluarga belajar prinsip perawatan kolostomi dan kemampuan psikomotor untuk memudahkan perawatan ini. Memberikan informasi adalah penting, tetapi perawat juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada pasien untuk belajar kemampuan psikomotor yang terlibat dalam perawatan ostomi sebelum pelaksanaan. Waktu latihan yang cukup direncanakan untuk pasien dan keluarga atau yang penting lainnya. Sehingga mereka dapat mengurus, memasang dan menggunakan semua perawatan ostomi. Perawat mengajar pasien dan keluarga :
• Tentang stoma
• Pengunaan, perawatan dan pelaksanaan sistem kantung
• Pelindung kulit
• Kontrol diet atau makanan
• Kontrol gas dan bau
• Potensial masalah dan solusi
• Tips bagaimana melanjutkan aktifitas normal, termasuk bekerja, perjalanan dan hubungan seksual.
Pasien dengan kolostomi sigmoit mungkin beruntung dari irigasi kolostomi untuk mengantur eliminasi. Perawat mendiskusikan teknik ini dengan pasien dan keluarga untuk menentukan itu dikerjakan dan dirasakan berharga. Jika metode ini di pilih, perawat mengajar pasien dan keluaraga bagaimana melakukan irigasi kolostomi. Berbagai macam alat ajar dapat di gunakan. Instruksi tertulis menolong sebab clien dapat mengambil contoh ini sebagai acuan untuk waktu yang akan datang. Reposisin sangat diperlukan dalam mengajarkan pada pasien tentang kemampuan ini. Kegelisahan, ketakutan, rasa tidak nyaman dan semua bentuk tekanan mengubah pasien dan kemampuan keluarga pasien untuk belajar dan mengumpulkan informasi.
Dalam rangka menginstruksikan pada pasien tentang manifestasi klinis dari gangguan penyumbatan dengan dibuatnya lubang. Perawat juga menyarankan pada pasien dengan kolostomi untuk melaporkan adanya demam ataupun adanya serangan sakit yang timbul mendadak atau pun rasa berdenyut/ bergelombang pada sekitar stoma.
Persiapan Psikososial
Diagnosa kanker dapat menghentikan emosional klien dan keluarga atau orang penting lainnya, tetapi pengobatan di sambut sebab itu memberikan harapan dalam mengontrol penyakit. Perawat memeriksa reaksi sakit pasien dan persepsi dari interfensi yang di rencanakan.
Reaksi pasien terhadap pembedahan ostomi,yang mana mungkin termasuk pengrusakan dan melibatkan :
• Perasaan sakit hati terhadap yang lain
• Perasaan kotor, dengan penurunan nilai rasa
• Takut sebagai penolakan
Perawat mengijinkan pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaannya. Dengan mengajarkan pasien bagaimana fisiknya mengatur ostomi, perawat membantu pasien dalam memperbaiki harga diri dan meningkatkan body image, yang mana memiliki peranan penting dalam hubungan yang kokoh dengan yang lain. Pemasukan keluarga dan orang lain yang penting dalam proses rehabilitasi, juga menolong mempertahankan persahabatan dan meningkatkan harga diri pasien.




Sumber Perawatan Kesehatan
Sumber sementara di sediakan untuk melengkapi kerja perawat, meliputi perawatan lanjutan di lingkungan rumah. Dan mendukung keperluan pasien di saat perawat tidak dapat menemui pasien.
Social Services Department
Perawat membuat referensi kerja untuk :
• Mendukung kemajuan konseling emosionalpada pasien dan keluarganya serta orang lain yang berkepentingan
• Menolong dalam mengatur masalah mengenai keuangan yang mungkin di miliki pasien dan keluarganya
• Mengatur perawatan rumah ataupun perawatan pencegahan penyebaran bila di perlukan
Terapi Enterostomal
Perawat membuat referensi untuk terapi enterostomal ( ET ) untuk :
• Menolong memberi pengetahuan dan pengertian agar pasien tenang sebelum operasi
• Evaluasi dan memberi tanda pada tempat yang akan dibuat stoma
• Menolong dengan perawatan setelah operasi dan memberikan pengajaran
• Menyediakan konsultasi mengenai masalah perawatan
• Bersedia membantu dalam proses pelepasan
Asosiasi Perkumpulan Ostomi
Perawat menyediakan informasi tentang United Ostomy Assosiation, sebuah badan pembantu bagi orang-orang dengan ostomies. Literatur seperti publikasi organisasi dan informasi mengenai penerbit-penerbit lokal di berikan kepada pasien. Organisasi ini membawa program kunjungan yang mendatangkan pelatih kusus ( juga memiliki ostomi ) untuk bicara dengan pasien. Setelah memperhatikan klien, perawat membuat referensi untuk program pemeriksaan lalu fisitor dapat memantau pasien preoperatif sampai post operatif. Dokter mengijinkan untuk kunjungan.
American Cancer Society
Difisi lokal atau unit dari amerika cancer society dapat menyediakan peralatan obat dan supli yang penting, pelayanan kesehatan di rumah, akomodasi, dan sumber-sumber lain untuk pasien yang dalam perawata kanke ataupun operasi ostomi. Perawat menginformasikan pada pasien dan keluarganya tentang progaram yang di sediakan melalui difisi lokal ataupun unit-unit.
Home Health Agency
Perawat ataupun manager kasus membuat rujukan ke agen kesehatan rumah untuk menyediakan perawatan lanjutan. Sumber ini membantu dalam perawatan fisik, pengajaran dan dukungan emosional ketika pasien kembali ke lingkungan rumah.
Lokal Pharmacy
Perawat menginformasikan pada pasien dan keluarganya apakah yang di butuhkan dari suplai ostomi dan di mana mereka bisa membeli. Harga dan lokasi di jelaskan sejelasnya sebelum rekomendasi di buat untuk pasien.
EVALUASI
Perawat mengevaluasi penyediaan perawatan untuk pasien dengan kanker colorektal. Hasil yang di harapkan adalah meliputi bagaimana pasien akan :
• Mendemonstrasikan penyembuhan dari proses operasi dengan mengembalikan fungsi gastrointestinal dengan pernafasan yang stabil, sistem kardiovaskuler dan sistem ginjal kembali normal.
• Mendemonstrasikan perawatan luka, dan apabila di aplikasikan perawatan kolostomi dengan bantuan yang minimal.
• Mendemonstrasikan cara koping yang efektif dengan merasionalkan diagnosa kanker dan perawatannya.

PEMECAHAN MASALAH SPESIAL DALAM PENGGUNAAN KOLOSTOMI
Problem : Bau.
• Makanan : Produks susu (susu mendidih, telur dan beberapa keju), ikan, bawang putih, kopi, alkohol, kacang-kacangan, prunes, buncis, kubis, asparagus, lobak, brokoli, lobak cina, makanan yang banyak sekali bumbunya.
• Obat : Antibiotik, vitamin,zat besi.
Solusi :
• Bayam, jus berry, yogurt, susu, sayuran hijau, meningkatkan vitamin C pada makanan atau persediaan vitamin.
• Obat oral :
- Tablet klorofil untuk bau fecal (menyerap gas)
- Tablet chorcoal
- Bismuth bicarbonat
- Bismuth subgallate(Devrom atau biscaps) 1 atau 2 tablet dengan makanan dan 1 tablet hs
• Persiapan kantong :
- Kantong tahan bau atau kantong dengan mekanisme kontrol bau
- Persediaan pabrik (tempat sejumlah kecil kantong ) : Banish II atau superbanish (united),odor- guard (marlan), ostobon (pettibonelaps), aktivated charcoal, ostomi deodorant (sween), nilodor, devko tablets (partenon Co), D-odor, M-9 (masonlab).
- Larutan sodium bicarbonat (merendam bola kapas dalam kantong)
- Vanila, papermint, lemon atau sari almond (letakkan 10 tetes ke dalam kantong atau merendam bola kapas ).
- Bumbu favorit, cengkeh atau kayu manis
- Obat kumur (contoh : cepacol, listerine). Beberapa tetes dalam kantong atau bola kapas direndam dalam kantong.
• Kebersihan kantong :
- Wisk dan air (larutan 1 : 1)
- Baking soda dan air (larutan 1 : 1)
- Cuka putih ramah tangga dan air (larutan 1 :1 )
- Produk pabrik :uri- klin, uni- wash (united), periwash (sween), skin care cleaner (bard).
- Baking soda (sesudah mengeringkan kantong, bubuk dalam baking soda ).

Problem : Gas dalam perut
• Aktivitas : makan cepat dan berbicara diwaktu yang sama, permen karet, merokok, mendengkur, gangguan emosional.
• Makanan : jamur, bawang ,buncis, kubis, kubis brussel, keju, telur, bir, minuman karbonat, ikan, makanan yang banyak bumbunya, beberap minuman buah, jagung, daging babi, kopi, makanan tinggi lemak.
Solusi :
• Menghindari aktivitas itu, makan padat sebelum mengambil yang cair
• Adaptasi kantong : pergunakan kantong dengan gas atau penyaring bau.
Problem : Iritasi kulit
• Alergi : eritema, erosi , edema, tangisan, pendarahan , kegatalan, panas, perih, iritasi dengan bentuk yang sama sebagai alergi bahan tertentu
• Pembongkaran bahan kimia : stool, urin, lem, pelarut, sabun, detergen, proteolitic,enzim digestif.
• Hiperplasia epidermal : meningkatkan pembentukan sel epidermal yang menyebabkan bahan pengental diratakan diluar kulit.
• Trauma mekanik : tekanan, pergeseran, pengelupasan kulit (contoh : bahan perekat , plester, ikat pinggang).
Solusi :
• Cream : sween cream, unicare crem atau holister skin.
Conditioning cream (gunakan jumlah kecil dan gosokkkan, plester akan melekat waktu kering).
• Bubuk (karaya gung, stoma hesive, corn starch) digunakan dengan jel kulit (skin prep, skin gel).
• Antacids: alumuniun hidroksida (ampho gel, maalox) digunakan dengan skin sealant (skin prep, skin gel).
• Skin sealant alone (untuk kulit yang agak memerah).
• Skin barrier : satu aplikasi selama 24 hari atau lebih panjang yang dapat membersihkan iritasi dengan cepat.
• Lem/perekat (holister premium , stoma hesive) digunakan untuk mengisi lipatan dan tempat.
• Pengering rambut dalam keadaan dingin untuk menurunkan kelembaban.
• Jangan menempeli atau membocorkan ,perbaiki masalah kebocoran segera.

PROSEDUR IRIGASI
1. Siapakan alat yang di perlukan :
- Alat irigasi berserta lengan irigasi.
- Selang beserta klem
- Kateter
- Botol untuk larutan irigasi
- Perawatan kulit
- Kantung baru yang siap pakai
2. Memindahkan kantong yang lama dan membuangnya
3. Bersihkan daerah stoma dan kulit
4. Pasangkan lengan irigator dan tempatakn pada akhir lengan yang masuk ke toilet
5. Mengisi botol irigasi dengan 500 – 1000 ml air hangat
6. Menggantung botol irigasi dengan dasar botol setinggi bahu
7. Biarkan cairan mengali terus ke dalam selang untuk mengeluarkan atau memudahkan udara keluar dari dalam selang
8. Masukkan dengan hati-hati kateter 2-4 inci ke dalam stoma jangan di paksakan, masukkan caiaran pelan-pelan.
9. Berikan kira-kira 15-20 menit.Kemudian feces sebagian besar keluar, tangan di bilas, keringkan pantat, gulung sleeve dan untuk yang terakhir tutup.Anda bisa melakukan aktivitas lain 30-40 menit kemudian.
10. Kemudian kosongkan feces seluruhnya, pindahkan lengan irigator, bersihkan stoma dan pasang kantong yang baru
11. Bersihkan lengan irigator kemudian keringkan dan simpa
Spesial Tips
1. Irigasikan sedikitnya sekali dalam 24 jam.
2. Anda boleh berharap untuk memakai tutup stoma kecil dari suatu kantong di antara irigator.
3. Jika kram terjadi sementara anda sedang mengirigasi, hentikan irigasi dan tunggu.Setelah kram redah dan anda siap untuk menjalankan prosedur, cobalah hal berikut : Pelankan aliran cairan, rendahkan botol atau hangatkan air.
4. Pastikan bahwa udara keluar dari selang sebelum menempatkannya pada stoma.
5. Jika airtidak mengalir dengan lancar, cobalah merubah posisi dari kateter, cek selang apabila ada hambatan dan jumlah air dan relaksasi dengan beberapa napas dalam.
6. Jika tidak ada kembalian yang terjadi, cobalah masase dengan lembut abdomen atau meminum cairan.

Pendekan Terhadap Masalah yang Biasanya Terjadi
1. Jika terjadi tumpahan atau bocor pada irigator cobalah :
a. menurunkan jumlah cairan infus
b. Menurunkan jumlah irigan yang digunakan
c. Membatasi seberapa jauh kateter dimasukkan kedalam bowel
d. Memperbolehkan waktu yang lebih lama untuk evakuasi
2. Jika anda menahan untuk membuang air setelah irigasi coba :
a. Rubah posisi
b. Jalan-jalan didaerah sekitar
c. Masase abdomen pelan-pelan
d. Minum sesuatu yang hangat
3. Jika terjadi kembalian anda mungkin butuh pakaian untuk kantong
4. Jika terjadi kembalian setelah terjadi irigator bersih, turunkan frekuensi irigator
5. Jika anda merasa lemah atau letih selama irigasi, hentikan prosedur dan berbaringlah. Apabila kelemahan berkurang, Rrubahlah posisi untuk memudahkan evakuasi
6. Panggil dokter jika kelemahan dan jika masih ragu.
7. Jika anda masih lemah selama irigasi, pakai air hangat pelan-pelan dan coba sisipkan kateter kurang dalam dari stoma, kemudian anda irigasi lain waktu.
8. Jika kelemahan atau letih adalah masalah berkurang, beritahukan dokter anda.

TABEL 56 – 2.Prosedur pembedahan untuk Ca Colorektal diberbagai lokasi
Lokasi tumor : Tumor disisi kanan kolon
Prosedur :
a. Hemikolectomy kanan untuk lesi yang kecil
b. Kolostomi atau Ilestomi ascending kanan untuk lesi yang menyebar luas
c. Cecostomy (pembukaan dalam sekam untuk menekan usus besar)
Lokasi tumor : Tumor di sisi kiri kolon
Prosedur :
a. Hemikolectomi kiri untuk lesi yang lebih kecil
b. Kolostomy descending kiri untuk lesi yang lebih besar (Contoh prosedur Hartman)
Lokasi tumor : Tumor kolon sigmoid
Prosedur :
a. Kolectomi sigmoid untuk lesi yang lebih kecil
b. Kolostomi sigmoid untuk lesi yang lebih besar (contoh prosedur Hartman)
c. Reseksi perineal abdomen besar,tumor sigmoid rendah (dekat dengan anus) dengan kolostomi (rektum dan anus) sama sekali di gerakkan, meninggalkan luka perineal.
Lokasi tumor : Tumor rektal
Prosedur :
a. Reseksi dengan anastomosis / melalui prosedur (melindungi spicter anus). Dan perlu ekliminasi normal.
b. Reseksi kolon dengankolostomi permanen
c. Reseksi perineal abdomen dengan kolostomi.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.

(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
7.
Kanker dalam usus halus sangat jarang dan tidak dibahas dalam teks ini. Kanker colon dan rektum bagaimanapun kanker ini di USA terjadi paling banyak diantara laki-laki dan perempuan dan diantara keduanya ditetapkan secara bersama-sama (American Cancer Society / ACS 1998)
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colorektal.

8. Patofisiologi
Perubahan Patologi
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian ( Sthrock 1991 a ) :
• 26 % pada caecum dan ascending colon
• 10 % pada transfersum colon
• 15 % pada desending colon
• 20 % pada sigmoid colon
• 30 % pada rectum
Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun ( Sthrock ).
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk :
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang
- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

9. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
 Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
 Pembentukan abses
 Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
10. Etiologi
Penyebab dari pada kanker colorektal tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Tabel 56-1. Makanan yang menyebabkan resiko terhadap Ca Colorektal :

Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor colorektal menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker colorektal menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma colorektal : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker colorektal berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma colorektal menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker colorektal. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker colorektal akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut
11. Kejadian.
Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker colorektal pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker ini pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar klien pada kanker colorektal mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki.
12. Alternatif Transcultural.
Kejadian Ca colorektal pada USA tampaknya mengalami kemunduran dari seluruh bangsa-bangsa lain kecuali pada laki-laki afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker ini terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan afrika ini adalah pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang penduduknya mengalami kejadian yang rendah terhadap Ca colon mempunyai diet tinggi terhadap buah-buahan,sayuran,ikan dan sebagian kecil daging.

COLABORATIF MANAGEMENT
PENGKAJIAN
1.Sejarah
Sejarah Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis kelamin,sejarah diet dan keadaan dari letak geografi diet. Sebagian besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat :
6. Sejarah dari keluarga terhadap Ca colorektal
7. Radang usus besar
8. Penyakit Crohn’s
9. Familial poliposis
10. Adenoma
Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan pada usus besar seperti diare dengan atau tanpa darah pada feces klien mungkin merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan .

2. Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda Ca Colorektal tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah :
• Perdarahan pada rektal
• Anemia
• Perubahan feces
Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya (tetapi bisa tidak banyak) tumor disebelah kiri kolon dan rektum.
Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colorectal adalah :
• teraba massa
• pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya
• perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri
Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.

3. Pemeriksaan psikososial.
Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien dan keluarga klien.
Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini.

4. Pemeriksaan laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (Tanaman lobak dan Gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan (ibu profen) Kortikosteroid atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang gambaran pengobatan lain.
Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang positif.
Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit.

5. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
.
6. Pemeriksaan Diagnosa lainnya.
Tim medis biasanya melakukan sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor. Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut.

Senin, 28 Maret 2011

Asuhan KeperawatanTumor Otak


Nama:Rahayu Widi Untari
Kelas:D/KP/VI
NIM: 04.08.2069



                        PEMBAHASAN TENTANG PENYAKIT TUMOR OTAK
1.DEFINISI PENYAKIT
Tumor otak adalah sebah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak.Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagi sebuah massa yang berbentuk bola tetapi uga dapat bertumbuh menyebar
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul

2.ETIOLOGI
Tumor intracranial primer atau neoplasma berasal dari sel intrinsic jaringan otak dan berasal dari kelenjar pituitary dan kelenjar pineal. Sedangkan tumor sekunder atau metastasis juga beperngaruh pada tumor intracranial. Tumor intracranial primer dibagi atas dua yaitu tumor intraserebral primer dan tumor ekstrasebral primer.Sedangkan dalam sumber lain diktakan bahwa tumor otak bisa disebabkan oleh sebagai berikut:
a.    Riwayat trauma kepala
b.    Faktor genetik
c.    Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
d.    Virus tertentu

3.TANDA DAN GEJALA
v  Nyeri kepala
v  Muntah
v  Perubahan mental yang ringan
v  Mudah tersinggung
v  Emosi labil
v  Pelupa
v  Pelambatan aktivitas mental dan social
v  Kehilangan inisiatif dan spontanitas
v  Sering ditemukan ansietas dan depresi
4.PATOFISILOGI

Gejala tumor intracranial dapat memberikan efek local ataupun efek general. Pada lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi system motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala (headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri – kanan, deficit sensori (kontralateral). Ada juga yang menekan secara langsung pada struktur saraf menyebabkan degenerasi dan interferensi dengan sirkulasi local. Bisa timbul edem local dan jika lama maka mempengaruhi fungsi jaringan saraf.
Suatu tumor otak sesuai type dimana-mana pada rongga cranial bias menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Bila tumor berada di ventrikel maka dapat menyebabkan obstruksi. Bila edema meningkat maka suplay darah ke otak menurun dan karbondioksida tertahan. Pembuluh darah dilatasi untuk meningkatkan suplay oksigen darah. Hal ini malah akan memperberat edem.
Papilledem merupakan efek general dari peningkatan tekanan intracranial dan sering sebagai tanda terakhir yang timbul. Kematian akibat kompresi batang otak.Bagan patofisiologinya sebagai berikut:


                                                Tumor otak



 


Oedema otak                          Peningkatan massa                                      Obstruksi cairan
                             otak                                                          cerebrospinal







 


Perubahan suplai                                                                                                                   Hidrosefalus
Darah ke otak                                    Kompensasi
1.     Vasokontriksi pemb.drh otak
2.     Mempercepat absorpsi
Cairan serebrospinalis
Nekrosis jaringan







 


            Kehilangan fungsi              Gagal
            secara akut                     

Kejang                       Peningkatan TIK                                            Nyeri


 

Perubahan perfusi jaringan otak



 

a.     Nyeri kepala
b.     Mual muntah proyektil                     Defisit knowledge
c.     Hipertensi
d.     Bradikardi
e.     Kesadaran menurun

5.    Klasifikasi
e.    Berdasarkan jenis tumor
1)    Jinak
·         Acoustic neuroma
·         Meningioma
·         Pituitary adenoma
·         Astrocytoma (grade I)
2)    Malignant
·         Astrocytoma (grade 2,3,4)
·         Oligodendroglioma
·         Apendymoma
f.     Berdasarkan lokasi
1)    Tumor intradural
a)    Ekstramedular
·         Cleurofibroma
·         Meningioma
a)    Intramedular
·         Apendymoma
·         Astrocytoma
·         Oligodendroglioma
·         Hemangioblastoma
2)    Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.
6.    Manifestasi Klinis
I        [1][i]Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

iiNausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata
iiiPapiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
7.    PENATALAKSANAAN:
v  Pendekatan Pembedahan
v  Stereotaktik
v  Laser atau radiasi
v  Pisau gamma
v  Kemoterapi
v  Terapi sinar radiasi eksternal
v  Transplantasi sumsum tulang autolog intravena
v  Kortikosteeroid

8.      Studi diagnostic dan hasil.
a.       Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b.      Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c.       X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d.      X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e.       CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
f.       Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline


9.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a.    Pengkajian
                  i.    Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
                 ii.    Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
                iii.    Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
               iv.    Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
                v.    Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
               vi.    Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
              vii.    Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
             viii.    Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
               ix.    Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
                x.    Laboratorium:
1.    Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2.    Fungsi endokrin
               xi.    Radiografi:
1.    CT scan.
2.    Electroencephalogram
3.    C - ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.

Analisa Data:

I.          Symptom

PROBLEM
Patofosiologi
ETIOLOGI
S: --
O: klien batuk-batuk, terpasang tracheostomy, sekret (+), sesak (+), RR:32x/mnt, N: 120 x/mnt.
Bersihan jalan  nafas tidak efektif.
Batuk tidak efektif à ketidakmampuan mengeluarkan benda asing pada saluran nafas à inspirasi < ekspirasi hiperventilasi à bersihan jalan nafas tidak efektif.
Ketidakmampuan batuk(batuk tidak efektif)
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
Resiko infeksi sekunder.Prosedur invasive
Prosedur invasif à post de entry masuknya kuman penyebab infeksi nosokomial à daya tahan tubuh melemah à infeksi skunder.
.prosedur invasif

S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Resiko peningkatan TIK.
Desak ruang pada otak à peningkatan volume otak à penurunan kemampuan jaringan otak dlm absorbsi liqour yg diproduksi secara berlebihan à peningkatan TIK.
Desak ruang pada otak.

S: --
O:S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Resiko defisit cairan.
Intake cairan tidak adekuat à sel-sel menarik cairan ekstrasel masuk ke dalam sel à volume cairan ekstrasel menurun à defisit cairan tubuh.
Intake cairan kurang adekuat
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasang dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Gangguan pemenuhan ADL
Kelemahan à ketidakmampuan beraktifitas secara normal à pemenuhan ADL terganggu.
Kelemahan .
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya, kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Cemas
Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan à ketidakmampuan mengatasi keadaan psikologis yang negatif à cemas.
Ketidak mampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan prioritas:
1.     Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada otak.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
2.     Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
3.     Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
4.     Resiko defisit cairan b/d Intake cairan kurang adekuat.
Data penunjang:
S: --
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
5.     Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasanag dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
6.     Cemas pada orang tua b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,  kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.

Rencana Tindakan Keperawatan:
1.     Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada otak.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tujuan jangka pendek: tanda dan gejala peningkatan TIK tidak terjadi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 minggu, TIK tidak terjadi.
Kriteria hasil: penurunan kesadaran (-), mual (-), muntah (-), kejang (-), bradikardi (-).
Intervensi
Rasional
·   Pantau status kesadaran dan status neurologis.
·   Observasi vital sign tiap 4 jam.

·   Pertahankan posisi head up 300.


·   Bantu klien mengurangi tekanan pada intra abdominal seperti: batuk, mengejan.
·   Pantau adanya gelisah, peningkatan keluhan.
·   Delegatif pemberian:
-          Ceftriaxon 1x1 gr.
-          Dilantin 3x 30 mg.

· Mengkaji adanya perubahan pada kesadaran dan potensial peningkatan TIK.
· Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak tetap stabil.
· Mencegah tertekannya vena jugularis sehingga menghambat aliran adrah ke otak dan meningkatkan TIK.
· Aktifitas ini akan meningkatkan tekanan intra abdominal dan merangsang peningkatan TIK.
· Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya peningaktan TIK.
· Mengurangi terjadinya proses infeksi akibat intervensi bedah yang dilakukan dan mencegah terjadinya kejang.


2.     Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
Tujuan jangka pendek: klien dapat batuk.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, jalan nafas efektif.
Kriteria hasil: batuk (+), sekret (-), sesak (-), pergerakan otot bantu pernafasan (-).
Intervensi
Rasional
·     Observasi bunyi nafas, catat adanya kelainan suara nafas.
·     Pantau VS tiap 4 jam.

·     Observasi karakteristik batuk.

·     Tingkatkan intake cairan hangat.

·     Lakukan nebulizer dan penghisapan lendir tiap 6 jam atau saat produksi sekret banyak.
·     Lakukan clapping saat melakukan zlym zuiger secara perlahan.
·   Peningakatn sekret dalam saluran nafas dapat diobservasi dengan cepat.
·   Peningaktan frekuensi nafas mengindikasikan adanya kesulitan inspirasi dan ekspirasi.
·   Batuk tidak efektif karena kesulitan klien mengeluarkan sekret.
·   Hidrasi membantu mengencerkan sekret dan mempermudah pengeluaran.
·   Nebulizer membantu mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran sekret dengan slym zuiger.
·   Clapping membnatu merontokkan sekret kental yang menempel pada saluran nafas.

3.     Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tujuan jangka pendek: tanda dan gejala infeksi tidak terjadi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi skunder tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda infeksi skunder tidak ada, luka post op kering, phlebitis (-).
Intervensi
Rasional
·   Observasi VS tiap 4 jam dan adanya tanda infeksi.

·   Beri kompres hangat


·   Beri penjelasan keluarga tentang:
-          Pentingnya minum banyak pada klien.
-          Mengawasi batuk dan produksi sekret klien.
·   Beri minum hangat semau klien.

·   Rawat tracheostomy, catheter tiap hari. Rawat penvlon dan luka operasi tiap 2 hari.

·   Observasi produksi sekret: warna, kekentalan, jumlah.

·   Observasi keadaan luka operasi: kekeringan, tanda infeksi.

·   Kolaborasi : pemberian kombinasi antibiotika (Ciproxin 2x250 mg).

·   Kolaborasi px. DL untuk memantau leukosit dan LED.

·   Membantu mengindikasikan adanya proses infeksi skunder karena pemakaian alat bantu perawatan.
·   Membantu meningkatkan vasodilatasi dan meningkatkan sirkulasi darah ke hypothalamus.
·   Keluarga selalu berada di sisi klien dan dapat melaporkan adanya perubahan pada kondisi umum klien.


·   Hidrasi hangat membantu vasodilatasi dan mengencerkan sekret.
·   Perawatan alat bantu perawatan penting untuk mencegah infeksi skunder sebagai akibat adanya port de entry sebagai akibat proses keperawatan dan pengobatan.
·   Perubahan pada sekret mengindikasikan adanya proses infeksi skunder pada saluran nafas.
·   Perubahan pada keadaan luka operasi mengindikasikna adanya proses infeksi pada penyembuhan luka operasi.
·   Pemberian antibiotika kombinasi untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah infeksi skunder.
·   Pemeriksaan darah putih dan laju endap darah menginformasikan adanya proses infeksi dalam tubuh.


4.     Resiko defisit cairan b/d Intake cairan kurang adekuat.
Data penunjang:
S: --
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tujuan jangka pendek:kebutuhan cairan terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari defisit cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil: CM: 2-3 liter atau sesuai jumlah CK, turgor baik, mata tidak cowong, VS dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
1)     Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
2)     Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
3)     Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na albumin.
4)     Berikan cairan sebanyak mungkin semau klien (2-3 liter per 24 jam).

Memberikan informasi tentang kebutuhan cairan/elektrolit yang hilang.


Indikator volume sirkulasi/perfusi.


Menunjukkan hidrasi

Memberikan cairan.

5.     Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasang dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tujuan jangka pendek:ADL terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil: personal hygiene baik, nekrosis jaringan (-), mobilisasi dini (+).
Intervensi
Rasional
1)     Bantu pemenuhan kebutuhan ADL klien seperti makan, mandi, berpakaian, eliminasi.
2)     Libatkan kleuarga dalam peraatan klien.
3)     Berikan perawatan kulit yang baik.

4)       Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
5)       Latih klien beraktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.

 

 

Membantu memenuhi kebutuhan ADL klien sehingga klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.
Keluarga merupakan orang terdekat klien sehingga memudahkan dalam berinteraksi dengan klien.
Meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
Memungkinkan perode tambahan istirahat tanpa gangguan.
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.




6.     Cemas pada orangtua b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,  kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Tujuan jangka pendek: cemas berkurang.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan penjelasan selama 2x10 menit, keluarga mampu mengenal pengobatan dan perawatan yang diberikan.
Kriteria hasil: keluarga tenang, gelisah (-), kooperatif (+).
Intervensi
Rasional
·   Diskusikan dengan kleuarga etiologi penyakit klien.

·   Diskusikan tentang:
-          pentingnya mempertahankan posisi tubuh klien.
-          Keteraturan minum obat.
-          Pentingnya minum banyak.
·   Beri kesempatan keluarga untuk melaksanakan ibadah.

·   Memberikan informasi kepada kleuarga perihal penyebab penyakit klien sehingga menimbulkan respon psikologis yang positif.
·   Keluarga dapat memehami proses perawatan yang diberikan kepada klien bermanfaat untuk menurunkan regangan otot daerah leher.


·   Ketenangan psikologis orang tua berpengaruh terhadap keadaan psikologis anak.


Implementasi keperawatan:
Implementasi keperawatan mulai dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2002 pukul 11.30 WIB. s/d 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.

II.       Tgl/hari

No Dx
Implementasi
Evaluasi
21-1-2002
11.30 WIB
--

2,3

2,3

2,3

2,3
2,3

3,6


6



1,2,3,4

3


5

2,3,5
1,5

4,5
5


Memperkenalkan diri kepada klien dan kleuarga.
Membantu perawatan tracheostomy.
Membantu pelaksanaan nebulizer.
Membantu pelaksanaan slym zuiger.
Melakukan clapping.
Merawat anak canule.

Memberikan penjelasan kepada keluarga agar memberi minum hangat pada klien.
Menjelaskan kepada kleuarga mengenai perawatan dan rencana pengobatan yang akan dilakukan terhadap klien.
Mengukur vital sign.

Memberi kompres hangat di ketiak dan kompres dingin di kepala.
Membantu memberi makan bubur.
Memberi minum per oral.
Memberi obat Dilantin 1 caps.

Membuang urine.
Melakukan masage pada punggung klien.
Keluarga kooperatif.

Luka bersih, infeksi (-).

Sekret (+), klien sesak (-).

Produksi sekret sedikit, encer, warna putih bening.
Klien batuk-batuk.
Anak canule bersih dan telah dipasang.
Kleuraga mengatakan mengerti.


Keluarga mengatakan mengerti.



S: 38,40C, N: 120 x/mnt, RR: 32 x/mnt.
Klien kooperatif, kompres terpasang baik.

Bubur habis ½ porsi, mual (-), muntah (-).
Minum lk. 10 sdm.
Obat sudah diminum, muntah (-).
CK: 400 cc.
Klien tenang.
22-1-2002
5

2,3,5
1,5

2,3


2,3
2,3

2,3

2,3

5

1,2,3,4

3,5
1,3,5


5
2,3,5

1,2,3,4

5
2,3,5
1,5

2,3
2,3
2,3

2,3

1,5
5

Membantu klien makan pagi (bubur).
Memberi minum per sendok.
Memberi obat Dilantin 1 caps.

Membantu melakukan nebulizer.
Melakukan clapping pada dada dan punggung.
Membantu melakukan slym zuiger.
Merawat anak canule.

Membnatu merawat tracheostomy.
Membersihkan tempat tidur penderita.
Mengukur vital sign.

Merawat catheter.
Memberi obat per iv:
-          Ceftriaxon 1 gr.
-          Novalgin inj ½ amp.
Memberi makan pisang.
Memberi minum bubur kacang hijau.
Mengukur vital sign.

Memberi makan bbur.
Memberi minum per sendok.
Memberi obat oral: Dilantin 1 caps.
Melakukan nebulizer.
Melakukan clapping.
Melakukan slym zuiger.

Merawat anak canule.

Memberi posisi head up 300.
Mengganti stik laken penderita.

Bubur habis ¾ porsi.

Minum lk. 100 cc.
Obat sudah diminum, muntah (-).
Klien gelisah, batuk (+).

Klien batuk-batuk, cyanosis (-).

Produksi sekret banyak, warna putih bening, bau (-).
Anak canule bersih dan telah dipasang kembali.
Luka tracheostomy bersih, kering (+), tanda infeksi (-).
Tempat tidur klien bersih dan rapi.
S: 36,80C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Vulva bersih, infeksi (-).
Reaksi alergi (-).


Pisang habis 1 buah, muntah (-).
Minum 200 cc.

S: 370C, N: 116 x/mnt, rr: 28 x/mnt.
Bubur habis ½ porsi, muntah (-).
Minum 50 cc.
Obat sudah diminum, muntah (-).
Klien tenang, batuk (+).
Klien batuk-batuk, gelisah (-).
Sekret sedikit, warna putih bening, bau (-).
Anak canule bersih dan telah dipasang.
Klien tenang.
Tempat tidur klien bersih.
23-1-2002
5

2,3,5
1,3


1,2,3,4

3,5
2,3
2,3
2,3

2,3

2,3

3
3
3

5

5
2,3,5

5

3,6


1,2,3,4

2,3
2,3

2,3

2,3
5
3

5
2,3,5
1,5

5
5
1,2,3,4
Membantu memberi makan bubur.
Memberi minum per sendok.
Memberi obat: Dilantin 1 caps, Nootropil syr 1cth, ciproxin 250 mg.
Mengukur vital sign.

Melakukan toilet trainning.
Melakukan nebulizer.
Melakukan clapping.
Melakukan slym zuiger.

Merawat anak canule.

Merawat tracheostomy.

Melepas penvlon.
Melakukan aff catheter.
Mengambil bahan px DL.

Menggnati alat tenun klien.

Memberi pisang 1 buah.
Memberi minum air bubur kacang hijau.
Merawat punggung klien dengan bedak.
Menjelaskan kepada kleuarga pentingnya minum banyak pada klien.
Mengukur vital sign.

Melakukan nebulizer.
Melakukan clapping.

Melakukan slym zuiger.

Merawat anak canule.
Memberi posisi tidur miki.
Memberi kompres hangat di axilla.
Memberi makan bubur.
Memberi minum per sendok.
Memberi obat oral : Dilantin 1 caps.
Membantu klien BAK.
Mengganti stik laken klien.
Observasi penderita.

Bubur habis ½ porsi. Muntah (-).

Minum lk 50 cc.
Obat sudah dimun, muntah (-).


S: 36,80C, N: 88 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Rangsanagn BAK (+).
Klien tenang.
Klien batuk (+).
Sekret sedikit, warna putih bening, bau (-).
Anak canule telah dipasang kemabali.
Luka tracheostomy bersih, infeksi (-).
Phlebiits (+), penvlon aff (+).
Catheter aff (+), BAK (+) 50 cc.
Bahan sssudah diambil, tunggu hasil.
Tempat tidur klien bersih dna rapi.
Pisang habis 1 buah, muntah (-).
Minum habis 200 cc.

Klien tenang, tanda nekrosis (-).

Keluarga mengatakan mengerti dan mengiyakan.

S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Klien batuk.
Klien batuk, sekret keluar lewat anak canule.
Sekret sedikit, warna putih bneing, bau (-).
Anak canule bersih.
Klien tenang.
Kompre terapsang baik, klien tenang.
Bubur habis ½ porsi.
Minum habis 100 cc.
Obat sudah dimun, muntah (-).

BAK: 50 cc.
TT rapi dan bersih.
Klien tidur, sesak (-), gelisah (-).

Evaluasi keperawatan:
Evaluasi keperawatan dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.

III.    Diagnosa Keperawatan

Evaluasi
1. Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada otak.
   Data penunjang:
   S: --
   O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).

Tanggal 23 Jnauari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: Keluarga mengatakan pengliahtan klien masih kabur, lemas pada kaki (+), sakit pada kepala sudah berkurang.
O: klien tenang, muntah (-), kejang (-), bradikardia (-), N; 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi, karena klien belum CT scan ulang, hasil PA belum ada.
P: lanjutkan rencana secara keseluruhan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
  Data penunjang:
  S: --
  O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.

Tanggal 23 Jnauari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: --
O: batuk (+) sudah agak berkurang, sekret sedikit, warna putih bening, bau (-), sesak (-), S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
A: masalah belum teratasi, selama klien masih terpasang tracheostomy.
P: lanjutkan rencana secara keseluruhan.
3. Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
  Data penunjang:
  S: --
  O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.

Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: --
O: catheter aff, penvlon aff, luka tracheostomy bersih, kering (+), infeksi (-), sekret sedikit, warna putih bening, bau (-), batuk (+) sudah agak berkurang, S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana, cek hasil PA dan DL.
4. Resiko defisit cairan b/d Intake cairan kurang adekuat.
  Data penunjang:
  S: --
  O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: kleuarga mengatakan klien sudah mau minum banyak.
O: S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt, CM: 350 cc, CK: 100 cc., turgor baik, mata cowong (-).
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana.
5. Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
  Data penunjang:
  S: --
   O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasanag dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: keluarga mengatakan klien sudah tidak rewel lagi saat dilap.
O: Klien sudah mau belajar duduk, pusing (-), dower cath aff, penvlon aff, penglihatan kabur, visus 1/6, parese pada ekstremitas (+) nilai 4.
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana.
6. Cemas b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
   Data penunjang:
   S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,  kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
   O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Tanggal 22 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S; keluarga mengatakan mengerti denagn penjelsana petugas, kleuarga mengiyakan penjelasan petugas.
O: kleuarga tenang, ibu sudah tidak menangis lagi, keluarga mengikuti petunjuk petugas seperti: cara mengompres, memberi klien minum setiap saat, membantu klien mengerakkan kaki dan tangannya.
A: masalah teratasi.
P: pertahankan keadaan psikologis kleuarga secara maksimal.








DAFTAR PUSTAKA

1.    Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2.    Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3.    Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
4.   Suddarth Brunner(2001),Buku Ajar Keperawatan  Medikal Bedah;EGC,Jakarta