Senin, 28 Maret 2011

Asuhan KeperawatanTumor Otak


Nama:Rahayu Widi Untari
Kelas:D/KP/VI
NIM: 04.08.2069



                        PEMBAHASAN TENTANG PENYAKIT TUMOR OTAK
1.DEFINISI PENYAKIT
Tumor otak adalah sebah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak.Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagi sebuah massa yang berbentuk bola tetapi uga dapat bertumbuh menyebar
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul

2.ETIOLOGI
Tumor intracranial primer atau neoplasma berasal dari sel intrinsic jaringan otak dan berasal dari kelenjar pituitary dan kelenjar pineal. Sedangkan tumor sekunder atau metastasis juga beperngaruh pada tumor intracranial. Tumor intracranial primer dibagi atas dua yaitu tumor intraserebral primer dan tumor ekstrasebral primer.Sedangkan dalam sumber lain diktakan bahwa tumor otak bisa disebabkan oleh sebagai berikut:
a.    Riwayat trauma kepala
b.    Faktor genetik
c.    Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
d.    Virus tertentu

3.TANDA DAN GEJALA
v  Nyeri kepala
v  Muntah
v  Perubahan mental yang ringan
v  Mudah tersinggung
v  Emosi labil
v  Pelupa
v  Pelambatan aktivitas mental dan social
v  Kehilangan inisiatif dan spontanitas
v  Sering ditemukan ansietas dan depresi
4.PATOFISILOGI

Gejala tumor intracranial dapat memberikan efek local ataupun efek general. Pada lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi system motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala (headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri – kanan, deficit sensori (kontralateral). Ada juga yang menekan secara langsung pada struktur saraf menyebabkan degenerasi dan interferensi dengan sirkulasi local. Bisa timbul edem local dan jika lama maka mempengaruhi fungsi jaringan saraf.
Suatu tumor otak sesuai type dimana-mana pada rongga cranial bias menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Bila tumor berada di ventrikel maka dapat menyebabkan obstruksi. Bila edema meningkat maka suplay darah ke otak menurun dan karbondioksida tertahan. Pembuluh darah dilatasi untuk meningkatkan suplay oksigen darah. Hal ini malah akan memperberat edem.
Papilledem merupakan efek general dari peningkatan tekanan intracranial dan sering sebagai tanda terakhir yang timbul. Kematian akibat kompresi batang otak.Bagan patofisiologinya sebagai berikut:


                                                Tumor otak



 


Oedema otak                          Peningkatan massa                                      Obstruksi cairan
                             otak                                                          cerebrospinal







 


Perubahan suplai                                                                                                                   Hidrosefalus
Darah ke otak                                    Kompensasi
1.     Vasokontriksi pemb.drh otak
2.     Mempercepat absorpsi
Cairan serebrospinalis
Nekrosis jaringan







 


            Kehilangan fungsi              Gagal
            secara akut                     

Kejang                       Peningkatan TIK                                            Nyeri


 

Perubahan perfusi jaringan otak



 

a.     Nyeri kepala
b.     Mual muntah proyektil                     Defisit knowledge
c.     Hipertensi
d.     Bradikardi
e.     Kesadaran menurun

5.    Klasifikasi
e.    Berdasarkan jenis tumor
1)    Jinak
·         Acoustic neuroma
·         Meningioma
·         Pituitary adenoma
·         Astrocytoma (grade I)
2)    Malignant
·         Astrocytoma (grade 2,3,4)
·         Oligodendroglioma
·         Apendymoma
f.     Berdasarkan lokasi
1)    Tumor intradural
a)    Ekstramedular
·         Cleurofibroma
·         Meningioma
a)    Intramedular
·         Apendymoma
·         Astrocytoma
·         Oligodendroglioma
·         Hemangioblastoma
2)    Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.
6.    Manifestasi Klinis
I        [1][i]Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

iiNausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata
iiiPapiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
7.    PENATALAKSANAAN:
v  Pendekatan Pembedahan
v  Stereotaktik
v  Laser atau radiasi
v  Pisau gamma
v  Kemoterapi
v  Terapi sinar radiasi eksternal
v  Transplantasi sumsum tulang autolog intravena
v  Kortikosteeroid

8.      Studi diagnostic dan hasil.
a.       Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b.      Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c.       X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d.      X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e.       CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
f.       Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline


9.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a.    Pengkajian
                  i.    Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
                 ii.    Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
                iii.    Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
               iv.    Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
                v.    Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
               vi.    Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
              vii.    Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
             viii.    Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
               ix.    Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
                x.    Laboratorium:
1.    Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2.    Fungsi endokrin
               xi.    Radiografi:
1.    CT scan.
2.    Electroencephalogram
3.    C - ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.

Analisa Data:

I.          Symptom

PROBLEM
Patofosiologi
ETIOLOGI
S: --
O: klien batuk-batuk, terpasang tracheostomy, sekret (+), sesak (+), RR:32x/mnt, N: 120 x/mnt.
Bersihan jalan  nafas tidak efektif.
Batuk tidak efektif à ketidakmampuan mengeluarkan benda asing pada saluran nafas à inspirasi < ekspirasi hiperventilasi à bersihan jalan nafas tidak efektif.
Ketidakmampuan batuk(batuk tidak efektif)
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
Resiko infeksi sekunder.Prosedur invasive
Prosedur invasif à post de entry masuknya kuman penyebab infeksi nosokomial à daya tahan tubuh melemah à infeksi skunder.
.prosedur invasif

S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Resiko peningkatan TIK.
Desak ruang pada otak à peningkatan volume otak à penurunan kemampuan jaringan otak dlm absorbsi liqour yg diproduksi secara berlebihan à peningkatan TIK.
Desak ruang pada otak.

S: --
O:S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Resiko defisit cairan.
Intake cairan tidak adekuat à sel-sel menarik cairan ekstrasel masuk ke dalam sel à volume cairan ekstrasel menurun à defisit cairan tubuh.
Intake cairan kurang adekuat
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasang dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Gangguan pemenuhan ADL
Kelemahan à ketidakmampuan beraktifitas secara normal à pemenuhan ADL terganggu.
Kelemahan .
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya, kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Cemas
Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan à ketidakmampuan mengatasi keadaan psikologis yang negatif à cemas.
Ketidak mampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan prioritas:
1.     Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada otak.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
2.     Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
3.     Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
4.     Resiko defisit cairan b/d Intake cairan kurang adekuat.
Data penunjang:
S: --
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
5.     Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasanag dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
6.     Cemas pada orang tua b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,  kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.

Rencana Tindakan Keperawatan:
1.     Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada otak.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tujuan jangka pendek: tanda dan gejala peningkatan TIK tidak terjadi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 minggu, TIK tidak terjadi.
Kriteria hasil: penurunan kesadaran (-), mual (-), muntah (-), kejang (-), bradikardi (-).
Intervensi
Rasional
·   Pantau status kesadaran dan status neurologis.
·   Observasi vital sign tiap 4 jam.

·   Pertahankan posisi head up 300.


·   Bantu klien mengurangi tekanan pada intra abdominal seperti: batuk, mengejan.
·   Pantau adanya gelisah, peningkatan keluhan.
·   Delegatif pemberian:
-          Ceftriaxon 1x1 gr.
-          Dilantin 3x 30 mg.

· Mengkaji adanya perubahan pada kesadaran dan potensial peningkatan TIK.
· Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak tetap stabil.
· Mencegah tertekannya vena jugularis sehingga menghambat aliran adrah ke otak dan meningkatkan TIK.
· Aktifitas ini akan meningkatkan tekanan intra abdominal dan merangsang peningkatan TIK.
· Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya peningaktan TIK.
· Mengurangi terjadinya proses infeksi akibat intervensi bedah yang dilakukan dan mencegah terjadinya kejang.


2.     Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.
Tujuan jangka pendek: klien dapat batuk.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, jalan nafas efektif.
Kriteria hasil: batuk (+), sekret (-), sesak (-), pergerakan otot bantu pernafasan (-).
Intervensi
Rasional
·     Observasi bunyi nafas, catat adanya kelainan suara nafas.
·     Pantau VS tiap 4 jam.

·     Observasi karakteristik batuk.

·     Tingkatkan intake cairan hangat.

·     Lakukan nebulizer dan penghisapan lendir tiap 6 jam atau saat produksi sekret banyak.
·     Lakukan clapping saat melakukan zlym zuiger secara perlahan.
·   Peningakatn sekret dalam saluran nafas dapat diobservasi dengan cepat.
·   Peningaktan frekuensi nafas mengindikasikan adanya kesulitan inspirasi dan ekspirasi.
·   Batuk tidak efektif karena kesulitan klien mengeluarkan sekret.
·   Hidrasi membantu mengencerkan sekret dan mempermudah pengeluaran.
·   Nebulizer membantu mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran sekret dengan slym zuiger.
·   Clapping membnatu merontokkan sekret kental yang menempel pada saluran nafas.

3.     Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tujuan jangka pendek: tanda dan gejala infeksi tidak terjadi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi skunder tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda infeksi skunder tidak ada, luka post op kering, phlebitis (-).
Intervensi
Rasional
·   Observasi VS tiap 4 jam dan adanya tanda infeksi.

·   Beri kompres hangat


·   Beri penjelasan keluarga tentang:
-          Pentingnya minum banyak pada klien.
-          Mengawasi batuk dan produksi sekret klien.
·   Beri minum hangat semau klien.

·   Rawat tracheostomy, catheter tiap hari. Rawat penvlon dan luka operasi tiap 2 hari.

·   Observasi produksi sekret: warna, kekentalan, jumlah.

·   Observasi keadaan luka operasi: kekeringan, tanda infeksi.

·   Kolaborasi : pemberian kombinasi antibiotika (Ciproxin 2x250 mg).

·   Kolaborasi px. DL untuk memantau leukosit dan LED.

·   Membantu mengindikasikan adanya proses infeksi skunder karena pemakaian alat bantu perawatan.
·   Membantu meningkatkan vasodilatasi dan meningkatkan sirkulasi darah ke hypothalamus.
·   Keluarga selalu berada di sisi klien dan dapat melaporkan adanya perubahan pada kondisi umum klien.


·   Hidrasi hangat membantu vasodilatasi dan mengencerkan sekret.
·   Perawatan alat bantu perawatan penting untuk mencegah infeksi skunder sebagai akibat adanya port de entry sebagai akibat proses keperawatan dan pengobatan.
·   Perubahan pada sekret mengindikasikan adanya proses infeksi skunder pada saluran nafas.
·   Perubahan pada keadaan luka operasi mengindikasikna adanya proses infeksi pada penyembuhan luka operasi.
·   Pemberian antibiotika kombinasi untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah infeksi skunder.
·   Pemeriksaan darah putih dan laju endap darah menginformasikan adanya proses infeksi dalam tubuh.


4.     Resiko defisit cairan b/d Intake cairan kurang adekuat.
Data penunjang:
S: --
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tujuan jangka pendek:kebutuhan cairan terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari defisit cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil: CM: 2-3 liter atau sesuai jumlah CK, turgor baik, mata tidak cowong, VS dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
1)     Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
2)     Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
3)     Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na albumin.
4)     Berikan cairan sebanyak mungkin semau klien (2-3 liter per 24 jam).

Memberikan informasi tentang kebutuhan cairan/elektrolit yang hilang.


Indikator volume sirkulasi/perfusi.


Menunjukkan hidrasi

Memberikan cairan.

5.     Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
Data penunjang:
S: --
O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasang dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tujuan jangka pendek:ADL terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil: personal hygiene baik, nekrosis jaringan (-), mobilisasi dini (+).
Intervensi
Rasional
1)     Bantu pemenuhan kebutuhan ADL klien seperti makan, mandi, berpakaian, eliminasi.
2)     Libatkan kleuarga dalam peraatan klien.
3)     Berikan perawatan kulit yang baik.

4)       Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
5)       Latih klien beraktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.

 

 

Membantu memenuhi kebutuhan ADL klien sehingga klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.
Keluarga merupakan orang terdekat klien sehingga memudahkan dalam berinteraksi dengan klien.
Meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
Memungkinkan perode tambahan istirahat tanpa gangguan.
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.




6.     Cemas pada orangtua b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,  kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Tujuan jangka pendek: cemas berkurang.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan penjelasan selama 2x10 menit, keluarga mampu mengenal pengobatan dan perawatan yang diberikan.
Kriteria hasil: keluarga tenang, gelisah (-), kooperatif (+).
Intervensi
Rasional
·   Diskusikan dengan kleuarga etiologi penyakit klien.

·   Diskusikan tentang:
-          pentingnya mempertahankan posisi tubuh klien.
-          Keteraturan minum obat.
-          Pentingnya minum banyak.
·   Beri kesempatan keluarga untuk melaksanakan ibadah.

·   Memberikan informasi kepada kleuarga perihal penyebab penyakit klien sehingga menimbulkan respon psikologis yang positif.
·   Keluarga dapat memehami proses perawatan yang diberikan kepada klien bermanfaat untuk menurunkan regangan otot daerah leher.


·   Ketenangan psikologis orang tua berpengaruh terhadap keadaan psikologis anak.


Implementasi keperawatan:
Implementasi keperawatan mulai dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2002 pukul 11.30 WIB. s/d 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.

II.       Tgl/hari

No Dx
Implementasi
Evaluasi
21-1-2002
11.30 WIB
--

2,3

2,3

2,3

2,3
2,3

3,6


6



1,2,3,4

3


5

2,3,5
1,5

4,5
5


Memperkenalkan diri kepada klien dan kleuarga.
Membantu perawatan tracheostomy.
Membantu pelaksanaan nebulizer.
Membantu pelaksanaan slym zuiger.
Melakukan clapping.
Merawat anak canule.

Memberikan penjelasan kepada keluarga agar memberi minum hangat pada klien.
Menjelaskan kepada kleuarga mengenai perawatan dan rencana pengobatan yang akan dilakukan terhadap klien.
Mengukur vital sign.

Memberi kompres hangat di ketiak dan kompres dingin di kepala.
Membantu memberi makan bubur.
Memberi minum per oral.
Memberi obat Dilantin 1 caps.

Membuang urine.
Melakukan masage pada punggung klien.
Keluarga kooperatif.

Luka bersih, infeksi (-).

Sekret (+), klien sesak (-).

Produksi sekret sedikit, encer, warna putih bening.
Klien batuk-batuk.
Anak canule bersih dan telah dipasang.
Kleuraga mengatakan mengerti.


Keluarga mengatakan mengerti.



S: 38,40C, N: 120 x/mnt, RR: 32 x/mnt.
Klien kooperatif, kompres terpasang baik.

Bubur habis ½ porsi, mual (-), muntah (-).
Minum lk. 10 sdm.
Obat sudah diminum, muntah (-).
CK: 400 cc.
Klien tenang.
22-1-2002
5

2,3,5
1,5

2,3


2,3
2,3

2,3

2,3

5

1,2,3,4

3,5
1,3,5


5
2,3,5

1,2,3,4

5
2,3,5
1,5

2,3
2,3
2,3

2,3

1,5
5

Membantu klien makan pagi (bubur).
Memberi minum per sendok.
Memberi obat Dilantin 1 caps.

Membantu melakukan nebulizer.
Melakukan clapping pada dada dan punggung.
Membantu melakukan slym zuiger.
Merawat anak canule.

Membnatu merawat tracheostomy.
Membersihkan tempat tidur penderita.
Mengukur vital sign.

Merawat catheter.
Memberi obat per iv:
-          Ceftriaxon 1 gr.
-          Novalgin inj ½ amp.
Memberi makan pisang.
Memberi minum bubur kacang hijau.
Mengukur vital sign.

Memberi makan bbur.
Memberi minum per sendok.
Memberi obat oral: Dilantin 1 caps.
Melakukan nebulizer.
Melakukan clapping.
Melakukan slym zuiger.

Merawat anak canule.

Memberi posisi head up 300.
Mengganti stik laken penderita.

Bubur habis ¾ porsi.

Minum lk. 100 cc.
Obat sudah diminum, muntah (-).
Klien gelisah, batuk (+).

Klien batuk-batuk, cyanosis (-).

Produksi sekret banyak, warna putih bening, bau (-).
Anak canule bersih dan telah dipasang kembali.
Luka tracheostomy bersih, kering (+), tanda infeksi (-).
Tempat tidur klien bersih dan rapi.
S: 36,80C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Vulva bersih, infeksi (-).
Reaksi alergi (-).


Pisang habis 1 buah, muntah (-).
Minum 200 cc.

S: 370C, N: 116 x/mnt, rr: 28 x/mnt.
Bubur habis ½ porsi, muntah (-).
Minum 50 cc.
Obat sudah diminum, muntah (-).
Klien tenang, batuk (+).
Klien batuk-batuk, gelisah (-).
Sekret sedikit, warna putih bening, bau (-).
Anak canule bersih dan telah dipasang.
Klien tenang.
Tempat tidur klien bersih.
23-1-2002
5

2,3,5
1,3


1,2,3,4

3,5
2,3
2,3
2,3

2,3

2,3

3
3
3

5

5
2,3,5

5

3,6


1,2,3,4

2,3
2,3

2,3

2,3
5
3

5
2,3,5
1,5

5
5
1,2,3,4
Membantu memberi makan bubur.
Memberi minum per sendok.
Memberi obat: Dilantin 1 caps, Nootropil syr 1cth, ciproxin 250 mg.
Mengukur vital sign.

Melakukan toilet trainning.
Melakukan nebulizer.
Melakukan clapping.
Melakukan slym zuiger.

Merawat anak canule.

Merawat tracheostomy.

Melepas penvlon.
Melakukan aff catheter.
Mengambil bahan px DL.

Menggnati alat tenun klien.

Memberi pisang 1 buah.
Memberi minum air bubur kacang hijau.
Merawat punggung klien dengan bedak.
Menjelaskan kepada kleuarga pentingnya minum banyak pada klien.
Mengukur vital sign.

Melakukan nebulizer.
Melakukan clapping.

Melakukan slym zuiger.

Merawat anak canule.
Memberi posisi tidur miki.
Memberi kompres hangat di axilla.
Memberi makan bubur.
Memberi minum per sendok.
Memberi obat oral : Dilantin 1 caps.
Membantu klien BAK.
Mengganti stik laken klien.
Observasi penderita.

Bubur habis ½ porsi. Muntah (-).

Minum lk 50 cc.
Obat sudah dimun, muntah (-).


S: 36,80C, N: 88 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Rangsanagn BAK (+).
Klien tenang.
Klien batuk (+).
Sekret sedikit, warna putih bening, bau (-).
Anak canule telah dipasang kemabali.
Luka tracheostomy bersih, infeksi (-).
Phlebiits (+), penvlon aff (+).
Catheter aff (+), BAK (+) 50 cc.
Bahan sssudah diambil, tunggu hasil.
Tempat tidur klien bersih dna rapi.
Pisang habis 1 buah, muntah (-).
Minum habis 200 cc.

Klien tenang, tanda nekrosis (-).

Keluarga mengatakan mengerti dan mengiyakan.

S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
Klien batuk.
Klien batuk, sekret keluar lewat anak canule.
Sekret sedikit, warna putih bneing, bau (-).
Anak canule bersih.
Klien tenang.
Kompre terapsang baik, klien tenang.
Bubur habis ½ porsi.
Minum habis 100 cc.
Obat sudah dimun, muntah (-).

BAK: 50 cc.
TT rapi dan bersih.
Klien tidur, sesak (-), gelisah (-).

Evaluasi keperawatan:
Evaluasi keperawatan dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.

III.    Diagnosa Keperawatan

Evaluasi
1. Resiko peningkatan TIK b/d Desak ruang pada otak.
   Data penunjang:
   S: --
   O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, riwayat kejang (+), liqour otak (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).

Tanggal 23 Jnauari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: Keluarga mengatakan pengliahtan klien masih kabur, lemas pada kaki (+), sakit pada kepala sudah berkurang.
O: klien tenang, muntah (-), kejang (-), bradikardia (-), N; 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi, karena klien belum CT scan ulang, hasil PA belum ada.
P: lanjutkan rencana secara keseluruhan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
  Data penunjang:
  S: --
  O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.

Tanggal 23 Jnauari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: --
O: batuk (+) sudah agak berkurang, sekret sedikit, warna putih bening, bau (-), sesak (-), S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt.
A: masalah belum teratasi, selama klien masih terpasang tracheostomy.
P: lanjutkan rencana secara keseluruhan.
3. Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
  Data penunjang:
  S: --
  O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+), sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt.

Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: --
O: catheter aff, penvlon aff, luka tracheostomy bersih, kering (+), infeksi (-), sekret sedikit, warna putih bening, bau (-), batuk (+) sudah agak berkurang, S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana, cek hasil PA dan DL.
4. Resiko defisit cairan b/d Intake cairan kurang adekuat.
  Data penunjang:
  S: --
  O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: kleuarga mengatakan klien sudah mau minum banyak.
O: S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt, CM: 350 cc, CK: 100 cc., turgor baik, mata cowong (-).
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana.
5. Gangguan pemenuhan ADL. b/d Kelemahan.
  Data penunjang:
  S: --
   O: terdapat tu. Pada ventrikel IV, post op trepanasi, terpasang tracheostomy (+), terpasanag dower catheter (+), terpasang VP shunt, penglihatan kabur (+), parese pada ekstremitas bawah (+).
Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S: keluarga mengatakan klien sudah tidak rewel lagi saat dilap.
O: Klien sudah mau belajar duduk, pusing (-), dower cath aff, penvlon aff, penglihatan kabur, visus 1/6, parese pada ekstremitas (+) nilai 4.
A: masalah belum teratasi.
P: lanjutkan rencana.
6. Cemas b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan perawatan.
   Data penunjang:
   S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,  kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
   O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Tanggal 22 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
S; keluarga mengatakan mengerti denagn penjelsana petugas, kleuarga mengiyakan penjelasan petugas.
O: kleuarga tenang, ibu sudah tidak menangis lagi, keluarga mengikuti petunjuk petugas seperti: cara mengompres, memberi klien minum setiap saat, membantu klien mengerakkan kaki dan tangannya.
A: masalah teratasi.
P: pertahankan keadaan psikologis kleuarga secara maksimal.








DAFTAR PUSTAKA

1.    Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2.    Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3.    Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
4.   Suddarth Brunner(2001),Buku Ajar Keperawatan  Medikal Bedah;EGC,Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar