Selasa, 22 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL MEDAH 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA




Disusun Oleh :
I DEWA GEDE ASWIN PARWITA
D / KP / VI
04.08.2038


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2011



BAB I
PENDAHULUAN
1. Definisi
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. Tingkat penyempitan jalan nafas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa asma adalah reversible. Eksaserbasi akut dapat terjadi yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh periode bebas gejala. Jika asma dan bronchitis terjadi bersamaan, obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronchitis asmatik kronik.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah dari kasus asma terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi pada usia dibawah 40 tahun. Asma sangat menggangguaktifitas fisik dan banyak aspek kehidupan lainnya. Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi, atau gabungan.
2. Jenis – jenis asma
1. Asma alergik
Disebabkan oleh alergen seperti misalnya serbuk sari, bulu binatang, debu, makanan, dan jamur. Kebanyakan allergen terdapat diudara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.
2. Asma idiopatik atau nonalergik
Disebabkan karena factor factor seperto common cold, infeksi traktus respiratori, latiahn, emosi, dan polutan lingkuangan yang dapat mencetuskan rangsangan asma.beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agens antiinflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis beta adrenergic, dan agens sulfits( pengawet makanan) juga dapat sebagai factor pencetus asma idiopatik.
3. Asma gabungan
Merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.
3. ETIOLOGI
Sampai saat inietiologi asama belum diketahui, sehingga tidak ada pengobatan kausal asma. Beberapa faktor pencetusyang diketahui saat ini :
a. faktor intrinsik antara lain perawatan sehari-hari.
b. Faktor ekstrinsik
1. Alergi debu rumah
2. Rumah antigen akibat dari reaksi antigen –antibody uarema
Dua faktor diatas merupakan faktor-faktor yang sering ditemui di masyarakat tetapi sampai saat ini berbagai teori tentang mekanisme timbulnya asma bronchial sanagt heterogen dan terus berkembang, serta tidak selamanya dapat mencakup semua jenis penderita asma.
Oleh karena itu dalam penanganan asma dan pemeliharaan penderita asma, penting sekali untuk mengetahui faktor pencetus timbulnya asma pada masing-masing individu daripada mencari penyebab yang belum pasti.
4. TANDA DAN GEJALA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi ( whezzing ) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui
Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejhala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetepi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanay penderita nmerasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.


d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala gejala yang makin banyak antara lain :
1). Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
2). Sianosis
3). Silent Chest
4). Gangguan kesadaran
5). Tampak lelah
6). Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberpa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.

5. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh: kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas, pembengkakan membrane yang melapisi bronki, dan pengisisan bronki dengan mucus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperflasia, dengan udara terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan initidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan system imunologis dan system saraf otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibody yang dihasilkan(IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast( disebut mediator) sepeti histiamin, bradikinin, dan prostagliadin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat(SRS-A). pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan brokospasme, pembengkakan membrane mukosa dan pembentukan mucus yang sangat banyak, akibatnya jalan nafas menjadi terhambat sehingga terjadi sesak nafas, batuk akibat mucus serta adanya bunyi mengi ketika menghembuskan nafas.
Saraf simpatis
( Andrenergik )

saraf para simpatis
( Kolinergik )


Bronko dilatasi

Bronko Konstriksi


Gangguan saraf simpatis
( Blokasde reseptor andrenergik Beta dan hiperaktivitas AD. 2

Hiperaktivitas syarat kolinergik
 Hawa dingin
 Asap rokok
 Debu rumah

Bronkho konstriksi
 Sesak nafas
 Bersihan jalan nafas tidak efektif
 PK : Hipoksemia
 Intoleransi aktivitas
 Cemas
 Kurang pegetahuan







a. Gangguan saraf autonom

b. Gangguan sistem imun

Masuknya alergen ke saluran nafas
( Debu, bulu hewan, kapas, dan lain-lain )


Merangsang sistem imun
Membentuk antibodi Ig E


Ig E menempel pada permukaan
Sel mastoid di saluran nafas dan kulit


Mencetuskan serangankaian reaksi dan pelepasan
Mediator : seperti histamin, leukotrin, prostaglansdin dan eusinophil


Broncho konstriksi, Edema, produksi sekresi meningkat


Obstruksi jalan nafas

Atelektasis
Peningkatan sumbatan


Perfusi menurun
Kerja pernafasan meningkat


Hipoksemia Fatigue obstruksi


Hiperkapnia
Ekspirasi menurun, udara tertahan


Alveolus membesar

Asidosis respiratorik
 PK : Hipoksemia
 PK : gagal nafas
Difusi gas terganggu

6. PENATALAKSANAAN ASMA
Pada penderita asma dapat dilakukan dengan beberapa pengobatan, yaitu:
1. Agnosis Beta
Adalah medikasi awal yang digunakan dalam mengobati asma karena agen ini mendilatasi otot-otot bronkial. Agens adrenergic juga meningkatkan gerakan siliaris, menurunkan mediator kimiawi anafikaktik dan dapat meningkatkan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid. Agens adrenergic yang paling umum digunakan adalah: epinefrin, albuterol, metaproterenol.
2. metilsantin
aminofilin, dan teofilin dapat digunakan sebagai terpai karena mempunyai efek bronkodilatasi. Agens ini merilekskan otot-otot polos bronkus, meningkatkan gerakan mucus dan jalan nafas dan meningkatkan kontraksi diafragma.
3. antikolinergik
atrovent dapta digunakan sebagai terapi karena telah menunjukkan efek bronkodilator yang sangat baik dengan efek samping yang minimal. Agens ini diberikan melalui inhalasi.antikolinergik secra khusus bermanfaat terhadap asmatik.
4. kortikosteroid
medikasi ini diberikan melalui intravena( hidrokortison), secara oral( prednisone, prednisolon). Atau melalui inhalasi(beklometason, deksametason)
5. inhibitor sel mast
natrium kromolin merupakan inhibitor sel mast adalah bagian integral dari pengobatan asma. Medikasi ini diberikan melalui inhalasi. Medikassi ini ini mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik, dengan demikian menyebabkan bronkodilatasi dan penurunan inflamasi jalan nafas.


2. Pemeriksaan Fisik Dada dan Paru-paru
Pergerakan dada pada saat bernapas simetris, tidak ada nyeri tekan pada saat dilakukan palpasi. Namun terjadi nyeri pada saat bernafas Peningkatan pergerakan dada akibat dispnea, auskutasi paru terdengar suara wheezing, perkusi paru terdengar suara sonor. Terdengar suara mengi ketika menghembuskan nafas.


3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul Menurut NANDA

Data Fokus:
Data obyektif: - pasien tampak lemah
- wajah pucat dan menyeringai menahan nyeri pada dada
- kunjuntiva pucat
- Membran mukosa kering
- Pasien batuk
- Pasien mengalami dispnea
- Bicara putus-putus
- Kesulitan untuk menelan makanan
- nafsu makan menurun
- pemenuhan aktivitas dibantu
- TTV meningkat:
suhu : normal/ terjadi peningkatan suhu
nadi : >100x /menit
TD : > dari normal
Pernafasan : > dari 24x/ menit



C. ANALISA DATA
NO SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM
1 DO : - Nyeri pada saat pergerakan otot-otot dada
- Muka klien menyeringai saat nyeri
- pasien tampak lemah
- mata klien tampak sayu dan pucat Agen Cidera fisik Nyeri Akut
2 DO : - terlihat kesulitan dalam menelan
- penurunan berat badan
- Nafsu makan berkurang
- membran mukosa kering Penurunan Intake makanan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3 DO : - konjunctiva pucat
- wajah pucat
- dispnea
- peningkatan frekwensi nafas
- pasien tampak lemas Nafas pendek Gangguan pola tidur
4 DO : - Klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari
- TTV meningkat diatas rentan normal
- Pasien bedrest
- dispnea Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 Intoleransi aktivitas
5 DO : - dispnea
- pasien batuk
- kesulitan berbicara
- peningkatan frekwensi nafas asthma Bersihan jalan nafas tidak efektif
6





DO : - dispnea
- peningkatan frekwensi nafas
- pasien tampak lemas
- takikardi Spasme bronkus
Gangguan pertukaran gas


7
DO: - keterbatasan dalam melakukan aktifitas
- pemenuhan aktifitas seperti makan, mandi, berpakain dibantu
- pasien terlihat lemah
lemah Kurang perawatan diri



Prioritas diagnosa keperawatan
1. bersihan jalan nafas tidak efektif b/d asma
2. gangguan pertukaran gas b/d spasme bronkus
3. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake nutrisi
4. gangguan pola tidur b/d agen nafas pendek
5. nyeri akut b/d agen biologis
6. intoleransi aktifitas b/d kekurangan suplai O2
7. kurang perawatan diri b/d lemah


INTERVENSI
Waktu NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tgl Jam
1 Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ...x24 jam diharapkan kebutuhan O2 dapat terpenuhi (respiratory status: ventilation: 0403) dengan kriteria hasil :
- Pasien mengatakan penurunan frekwensi nafas
- Tidak ada dispnea
- Pasien menunjukkan rasa rileks
- Muka tampak segar, tidak lemas pucat ataupun menahan nyeri.
- TTV berada dalam rentan normal. Airway management: 3140
1. buka jalan nafas dengan menggunakan tehnik chinlift atau jaw trust
1. meningkatkan ventilasi
2. monitor respirasi dan status O2 2. mengetahui kebutuhan O2 yang terpenuhi
3. adentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan 3. membantu pasien dalam memaksimalkan pemenuhan O2
4. Kolaborasi dengan pemberian bronkodilator: agonis beta
4. menyababkan bronkodilatasi, pasien dapat memaksimalkan ventilasi, kebutuhan O2 terpenuhi




























2





Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam
Klien tidak mengalami gangguan pertukaran gas (gas exchange)dengan kriteria hasil:
- adanya kemampuan dalam peningktan ventilasi
- tidak adanya dispnea
- suara nafas bersih, tidak terdengar mengi
- tanda-tanda vital dalam rentang normal Respiratory monitoring:3350
1. monitor, kedalaman, irama dan usaha respirasi

1. mengetahui kemampuan dalam pemenuhan O2
2. pantau suara nafas seperti mengi 2. mengetahui adanya jalan nafas yang tidak efektif
3. monitor pola nafas seperti adanya dispnea/ takipnea 3. mengetahui adanya peningkatan pola nafas yang sehingga dapat dilakukan tindakan dalam pemenuhan O2
4. catat pergerakan dada, amati kesimetrisan dada 4.mengetahui adanya gangguan dalam dada seperti adanya pembengkakan.

































3















Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ...x24 jam diharapkan gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi (nutritional status: 1004) dengan kriteria hasil:
- pasien tampak segar, tidak lemas.
- Berat badan kembali normal.
- adanya peningkatan nafsu makan.









Nutrition management: 1100
1. Kaji adanya alergi makanan dan kemampuan menelan

1. Dengan mengkaji alergi makanan maka dapat merencanakan tindakan keperawatan
2. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat 2. Karena nutrisi yang cukup sangat dibutuhkan oleh tubuh yang akan membantu penyembuhan dalam artian perbaikan kondisi
3. Sajikan makanan dalam keadaan masih hangat dan mengundang selera makan 3. Dengan menyajikan makanan yang hangat dapat mengurangi rasa mual dan dapat mengundang selera dan nafsu makan
4. Timbang berat badan klien sesuai indikasi 4. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,evaluasi keadaan rencana nutrisi














4





Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ..x24 jam diharapkan klien tidak terganggu lagi pola tidurnya(sleep: 0004) dengan kriteria hasil :
- pasien mengatakan dapat tidur dengan baik
- Perasaan segar setelah tidur
- Konjunctiva tampak segar
- Wajah tampak tidak pucat.
- tidak adanya dispnea Sleep enhancement:1850
1 Monitor dan catat pola tidur klien dan lamanya tidur klien
1. Bertujuan untuk mengetahui lamanya klien dalam istirahat. Dapat memberikan data untuk melakukan suatu tindakan keperawatan
2. Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi klien 2. Memberikan posisi klien yang nyaman dalam tidur, dapat mempercepat penyembuhan klien atau menghilangkan kelelahan pada klien
3. Bersihkan tempat tidur 3. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi/psikologis
4. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya masase 4. Meningkatkan efek relaksasi
5 Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ...x24 jam diharapkan jalan nafas efektif (pain control:1605)dengan kriteria hasil :
- Pasien mengatakan nyeri hilang bersamaan dengan adanya penurunan pergerakan otot dada yang kembali normal.
- Pasien menunjukkan rasa rileks
- Muka tampak segar, tidak lemas pucat ataupun menahan nyeri.
- TTV berada dalam rentan normal. Pain management:1400
1. Kaji nyeri klien

1. Berguna dalam mengawasi keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan
2. Anjurkan teknik distriksi dan relaksasi 2. mengalihkan perhatian klien
3. Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup 3. Analgetik dapat mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri
4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik 4. Dengan meningkatkan istirahat yang cukup dapat mengurangi rasa nyeri











6 Setelah dilakukan asuhan perawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat atau mampu melakukan aktivitasnya sehari – hari(activity tolerance:0005) dengan kriteria hasil:
- pasien mampu dalam melakukan aktivitas secara mandiri.
- pasien tidak lemah
- TTV berada dalam rentan normal. Activity therapy:4310
1. Tentukan penyebab toleransi aktivitas ( fisik,psikologis,atau motivasional )
1. Dengan mengetahui penyebab dari masalah maka dapat merencanakan tindakan keperawatan
2. Jika memungkinkan tingkatkan aktivitas secara bertahap ( dari duduk,jalan,aktifitas maksimal ) 2. Dengan peningkatan aktivitas akan meningkatkan kemampuan aktivitas fisik
3. Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktifitas 3. Membantu menentukan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial risiko berulang
4. Kolaborasi dengan diberikan terapi fisik untuk membantu peningkatan level aktivitas dan kekakuan 4. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan kekakuan pada persendian. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat











7





Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ...x24 jam diharapkan klien
mampu melakukan perawatan diri ( mandi, oral care )
Dengan kriteria hasil(seft care hygiene 305),dengan kriteria hasil:
- pasien menunjukan kemampuan dalam melakukan perawatan higyene sendiri tanpa dibantu
-penampilan pasien tidak tampak bersih
- pasien tampak lebih segar
Self care assistance: bathing/hygiene:1801
1. Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, lakukan perawatan kebersihan diri pada klien

1. membantu klien untuk dalam keadaan hygiene.
2. Sediakan barang – barang yang diperlukan klien, seperti deodorant, sabun mandi,sikat gigi dll 2. Persiapan alat – alat akan mendorong klien untuk meningkatkan kemampuan personal hygiene
3. Sediakan bantuan hingga klien dapat melakukan perawatan pribadi secara penuh 3. Melatih klien untuk melakukan perawatan diri sampai klien mampu secara mandiri
4. Dorong Klien untuk mandi tapi berikan bantuan ketika klien tidak dapat melakukan 4. Pemberian perawatan diri agar klien tampak segar dan nyaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar