Sabtu, 19 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI ( CINDRA YANI/ 04.08.2031 )


ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI”

DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah yang melebihi batas normal, dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastole di atas 90 mmHg, atau keadaan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (otak), PJK (pembuluh darah dan jantung) dan hipertrofi ventrikel kiri (untuk otot jantung). Hipertensi disebut sebagai pembunuh diam-diam karena tidak menampakkan gejala.
Hipertensi dapat juga diartikan di mana kondisi terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisme arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Batasan hipertensi menurut WHO sbb:
Tekanan darah systole > 160 mmHg
Pada manula systole 160 mmHg dan diastolenya 90 mmHg.
Macam Hipertensi :
Hipertensi ringan         TDD    90 – 110 mmHg
Hipertensi sedang       TDD    110 – 130 mmHg
Hipertensi berat           TDD    > 130 mmHg
Tekanan darah systole peninggian tekanan systole tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastole, dengan kriteria bila peninggian tekanan > 2 kali tekanan diastole dikurangi 15 mmHg tanpa diikuti oleh tekanan diastole atau tekanan systole > 2 kali tekanan diastole tidak melebihi 90 mmHg.
Tekanan darah diastole sangat jarang dan hanya terlihat peninggian yang ringan dari tekanan diastole, misalnya 120/100 mmHg. Ini biasanya ditemukan pada anak-anak dewasa muda.
HT yang timbul karena penyakit lain, misalnya penyakit pada ginjal dan kelamin.

ETIOLOGI
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
a.      Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
b.      Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
  1. Penyakit Ginjal
o    Stenosis arteri renalis
o    Pielonefritis
o    Glomerulonefritis
o    Tumor-tumor ginjal
o    Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o    Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o    Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
  1. Kelainan Hormonal
o    Hiperaldosteronisme
o    Sindroma Cushing
o    Feokromositoma
  1. Obat-obatan
o    Pil KB
o    Kortikosteroid
o    Siklosporin
o    Eritropoietin
o    Kokain
o    Penyalahgunaan alkohol
o    Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
  1. Penyebab Lainnya
o    Koartasio aorta
o    Preeklamsi pada kehamilan
o    Porfiria intermiten akut
o    Keracunan timbal akut.
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi :
1.   Umur
Orang yang berumur 40 th biasanya rentan terhadap meningkatnya tekanan darah yang lambat laun dapat menjadi hipertensi seiring dengan bertambahnya umur mereka.
2.   Ras/Suku
Di luar negeri orang kulit hitam > kulit putih. Karena adanya perbedaan status/derajat ekonomi, orang kulit hitam dianggap rendah dan pada jaman dahulu dijadikan budak. Sehingga banyak menimbulkan tekanan batin yang kuat hingga menyebabkan stress timbullah hipertensi.
Jika di Indonesia terjadinya hipertensi bervariasi di suatu tempat :
Terendah : Lembah Baliem di Irian Jaya, karena dilihat dari segi geografis                           wilayahnya masih luas dan penduduknya juga belum terlalu padat sehingga pemicu tingkat stress masih rendah.
Tertinggi : Sukabumi Jawa Barat, Karenna dilihat dari segi geografis wilayahnya sempit, padat penduduk, dan banyak aktivitas-aktivitas sehingga pemicu tingkat stress sangat tinggi.
3.   Urbanisasi
Hal ini  akan menyebabkan perkotaan menjadi padat penduduk yang merupakan salah satu pemicu timbulnya hipertensi. Secara otomatis akan banyak kesibukan di wilayah tersebut, dan banyak tersedia makanan-makanan siap saji yang menimbulkan hidup kurang sehat sehingga memicu timbulnya hipertensi.
4.   Geografis
Jika dilihat dari segi geografis, daerah pantai lebih besar  prosentasenya terkena hipertensi. Hal ini disebabkan karena daerah pantai kadar garamnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah pegunungan atau daerah yang lebih jauh pantai. Selain itu keadaan suhu juga menjadi suatu alasan mengapa hipertensi banyak terjadi di daerah pantai.
5.   Jenis Kelamin
Wanita > Pria : Di usia  > 50 th. Karena di usia tersebut seorang wanita sudah mengalami menopause dan tingkat stress lebih tinggi.
Pria > wanita : Di usia < 50 th. Karena di usia tersebut serang pria mempunyai lebih banyak aktifitas dibandingkan wanita.

PATOFIOLOGIS
Menurut jenisnya Hipertensi dibagi atas :
  1. Hipertensi esensial
HT yang tidak diketahui penyebabnya          
2.   Hipertensi sekunder
           
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk inpuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengabitkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
            Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas konstriksi. Medula adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin nmerangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
            Pertimbangan gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pad system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perujbahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya tegang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tahanan perifer.


MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
  • sakit kepala
  • kelelahan
  • mual
  • muntah
  • sesak nafas
  • gelisah
  • pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal
120 mmHg - 130 mmHg
85 mmHg - 95 mmHg
Untuk para lansia tekanan diastolik 140 mmHg masih dianggap normal.
Normal tinggi
130-139 mmHg
85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
160-179 mmHg
100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat)
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna)
210 mmHg atau lebih
120 mmHg atau lebih
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan

Pengaturan Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

  • Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
  • Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
  • Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
  • Aktivitas memompa jantung berkurang
  • Arteri mengalami pelebaran
  • Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
  • Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
  • Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
  • Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf otonom

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:
  • meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
  • meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
  • mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
  • melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.








ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Mengkaji pasien dengan hipertensi yang baru saja terdeteksi, meliputi pemantauan teliti tekanan darah dengan interval yang sering dan kemudian dilanjutkan dengan interval dengan jadwal rutin. Pada tahun 1993 Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure menyusun panduan yang telah dikeluarkan sebelumnya mengenai kondisi yang ditetapkan  sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah, penentuan peralatan, dan teknik pengukuran tekanan darah untuk memperoleh harga yang dapat dipercaya yang mencerminkan tekanan darah normal pasien. Apabila pasien sedang dalam pengobatan antihipertensi, pengukuran tekanan darah wajib dilakukan untuk menentukan apakah obat tersebut efektif dan untuk mengetahui adnya perubahan tekanan darah yang memerlukan penggantian pengobatan.
Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah sitem tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi. Hal itu meliputi tanda seperti perdarahan hidung, nyeri angina, napas pendek, perubahan tajam pandang, vertigo, sakit kepala, atau nokturia. Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama, dan karakter denyut apical dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan dan pembuluh darah perifer. Pengkajian yang menyuluruh dapat memberikan informasi berharga mengenai sejauh mana hipertensi telah mempengaruhi tubuh begitu juga setiap factor psikologis yang ada hubungannya dengan masalah ini.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pola napas tidak efektif  b.d  hipoventilasi
2.      Penurunan curah jantung  b.d  perubahan denyut atau irama jantung
3.      Nyeri akut  b.d  agen cidera biologis
4.      Intoleransi aktivitas  b.d  tirah baring atau imobilisasi
5.      Cemas  b.d  ancaman kematian
6.      Kelelahan  b.d  cemas

INTERVENSI
No.DX
TUJUAN ( NOC )
RENCANA TINDAKAN ( NIC )
1.










Setelah dilakukan tindakan keperawatam selama 4 x 24 jam, pola napas pasien lebih efektif dari sebelumnya, dengan kriteria :
RESPIRATORY STATUS : VENTILATION (0403)
040301   Tidak sesak napas
040302   Irama pernapasan DBN
040305   Mudah bernapas
RESPIRATORY STATUS : AIRWAY PATENCY (0410)
041005   Frekuensi pernapasan DBN ( 16 – 24 x/m )
041006  Dapat mengeluarkan sputum
041007  Tidak ada wezing/suara napas abnormal
RESPIRATORY MONITORING (3350)
-  Monitor irama frekuensi ke dalam dari respirasi
-  Auskultasi suara paru-paru
-  Monitor dispenia
-  Monitor pola napas, bradipnew (curah jantung rendah) takipnew (curah jantungh tinggi)
AIRWAY MANAGEMENT (3140)
-  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi pernapasan (semi fowler)
-  Lakukan batuk efektif dan suction untuk menghilangkan sesak
-  Ajarkan pasien batuk efektif
-  Kolaborasi pemberian brankodilator
-  Buka jalan napas, gunakan teknik chin cift atau jaw thrust bila perlu
-  Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
-  Lakukan fisioterapi dada
-  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
-  Lakukan suction pada mayo

2.














Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam curah jantung pasien kembali dalam batas normal, dengan kriteria:
FLUID BALANCE (0601)
060101   Tekanan darah DBN.
060102   Rata-rata tekanan arteri dbn.
060103   Tekanan vena sentral dbn.
060107   Keseimbangan intake dan output 24 jam.
060109   Berat badan stabil.
060115   Tidak haus berlebihan.
060120   BJ urin dbn.

FLUID MANAGEMENT (4120)
-     Monitor berat badan/hari
-     Pertahankan intake dan output yang akurat
-     Monitor status hidrasi (membrane mukosa) yang adekuat
-     Monitor vital sign
-     Monitor indikasi kelebihan cairan
-     Monitor status nutrisi
-     Monitor intake dan output
-     Kaji lokasi dan luas edema
-     Kolaborasi pemberian deuretik
-     Dorong masukan oral
-     Kolaborasi dengan dokter jika cairan berlebihan muncul

3.





Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang dengan kriteria:
PAIN CONTROL (1605)
160501   Mengenali factor penyebab.
160504   Mengenali metode pencegahan  non analgetik untuk mengurangi nyeri.
160505   Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan.
160509   Mengenali gejala-gejala nyeri.
160511   Melaporkan nyeri yang sudah berkurang.

PAIN MANAGEMENT (1400)
-     Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan factor-faktor presipitasi
-     Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
-     Kaji latar belakang budaya pasien
-     Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
-     Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
-     Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri
-     Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
-     Observasi reaksi abnormal dari ketidaknyamanan
-     Kurangi factor presifitasi nyeri
-     Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-     Tingkatkan istirahat
-     Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil


ANALGETIK ADMINISTRATION (2210):
-     Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
-     Cek riwayat alergi
-     Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
-     Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
-     Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
-     Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
-     Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)
4.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kelelahan pasien dapat berkurang, dengan kriteria :
ACTIVITY TOLERANCE (0005)
000504   Tekanan sistole DBN
000505   Tekanan diastole DBN
000507   Warna kulit tidak tampak pucat
000509   Langkah berjalan kuat
000510   Mampu berjalan dalam jarak jauh
000512   Kekuatan/tenaga meningkat
ENERGY MANAGEMENT (0180)
-  Periksa penyebab kelelahan
-  Periksa batas kemampuan fisik pasien
-  Batasi aktivitas pasien
-  Rencanakan aktivitas kepada pasien secara bertahap jika pasien memenuhi energi lebih
-  Pasien diberi jadwal istirahat dengan menggunakan periode/tahapan
-  Gunakan batasan aktif/pasif untuk melatih kekuatan otot
-  Memberi semangat kepada pasien untuk melakukan aktivitas di luar/di dalam ruangan
-  Evaluasi program tambahan pada tahap kegiatan
5.










Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam cemas teratasi dengan kriteria:
ANXIETY CONTROL (1402)
140201   Monitor intensitas kecemasan.
140202   Menyingkirkan tanda kecemasan.
140203   Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.
140204   Mencari informasi untuk menurunkan cemas.
140205   Merencanakan stategi koping.
140206   Menggunakan strategi koping efektif.
140207   Menggunakan tehnik relaksasi untuk menurunkan kecemasan.
140211   Mempertahankan hubungan social.




ANXIETY REDUCTION (5820)
-     Tenangkan klien
-     Jelaskan prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
-     Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut.
-     Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
-     Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas.
-     Dukung penggunaan mekanisme defensive dengan cara yang tepat
-     Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
-     Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
6.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kelelahan pasien dapat berkurang, dengan kriteria :
ACTIVITY TOLERANCE (0005)
000504   Tekanan sistole DBN
000505   Tekanan diastole DBN+
000507   Warna kulit tidak tampak pucat
000509   Langkah berjalan kuat
000510   Mampu berjalan dalam jarak jauh
000512   Kekuatan/tenaga meningkat
ENERGY MANAGEMENT (0180)
-  Periksa penyebab kelelahan
-  Periksa batas kemampuan fisik pasien
-  Batasi aktivitas pasien
-  Rencanakan aktivitas kepada pasien secara bertahap jika pasien memenuhi energi lebih
-  Pasien diberi jadwal istirahat dengan menggunakan periode/tahapan
-  Gunakan batasan aktif/pasif untuk melatih kekuatan otot
-  Memberi semangat kepada pasien untuk melakukan aktivitas di luar/di dalam ruangan
-  Evaluasi program tambahan pada tahap kegiatan
DAFTAR  PUSTAKA
-          Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
-          Nanda, Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-2006
-          Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
-          Doenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
-          Himawan, sutisna. Patologi. Jakarta: F K U I
-          Price & Wilson. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC
-          Aplikasi Diagnosa Keperawatan Nanda Nic-Noc
-          Marion, Meridean, Moorhead. 2000. Nursing Outcomes Classification. New york: Mosby
-          Joanne C. Gloria. 1996. Nursing Intervention Clasification. New york: Mosby



Tidak ada komentar:

Posting Komentar