Selasa, 22 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM TIFUS


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN DEMAM TIFUS

Oleh :
NAMA      : I Wayan Adi Suputra
NIM           : 04.08.2040
KELAS       : D / KP / VI




BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Tifus disebabkan bakteri yang disebut salmonella serovariantyphi dan paratyphi. Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan tifus yaitu salmonella serovarian typhi, paratyphi A, paratyphi B, dan paratyphi C. Di Indanesia tifus merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu ada sepanjang tahun. Umumnya penderita tifus meningkat, terutama pada musim kemarau. Saat musim kemarau terjadi kekurangan sumber air bersih dan sumber air yang ada mudah tercemar.
                Setiap tahun penderita tifus  didaerah perkotaan di Indonesia mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk. Demam tipoid atau tifus terjadiapabila seseorang terinfeksi kuman salmonella, yang umumnya melalui makanan atau minuman yang tercemar. Apabila jumlah kuman yang masuk ke tubuh cukup untuk menimbulkan infeksi, kuman akan menempel pada saluran cerna kemudian  berkembangbiak. Kemudian kuma berkembang menembus dinding usus dan masuk kealiran darah sehingga  menyebar keseluruh tubuh, menimbulkan infeksi pada organ tubuh lain di luar saluran cerna.



BAB II
KONSEP DASAR


2.1 Definisi
            Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh teces dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Smeltzer, Suzanne C. Tahun 1994)
                Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi dan salmonella dan salmonella paratyphi A, B, C. Sinonim dari penyakit ini adalah typoid dan paratypoid abdominalis. (Syaifullah Noer. Tahun 1996)
                Typhoid adalah penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A, B, C. Penularan terjadi secara fecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

2.2 Etiologi
        Typhoid disebabkan oleh bakteri yang disebut salmonella serovarian typhi dan paratyphi. Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan tifus yaitu:
·         Salmonella serovarian typhi
·         Paratyphi A
·         Paratyphi B
·         Paratyphi C
2.3 Manifestasi klinis
                Gejala-gejala yang timbul bervariasi:
 Minggu pertama:
·         Demam
·         Nyeri kepala
·         Pusing
·         Nyeri otot
·         Anoreksia
·         Mual
·         Muntah
·         Obstipasi atau diare
·         Perasaan tidak enak diperut
·         Batuk dan epistaksis
·         Pada pemeriksaan fisik tidak hanya didapat peningkatan suhu badan
Minggu kedua:
·         Demam
·         Bradikardikardi relatif lidah tifoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah tremor)
·         Hepatomegali
·         Plenomegali
·         Meteorismus
·         Gangguan kesadaran seperti samnolen
2.4 Patofisiologi
                S.typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum terminalis yang hipertropi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesentrial, dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. S.typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dan usus. Ss.typhi bersarang di plak peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem ritikulo endotelial. Endotoksin S.typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak. S.typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.

2.5 Prognosis
                Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan verulnsi salmonella, serta tepat dan cepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6%, dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%.
                Prognosis menjadi kurang baik dan buruk bila panas tinggi terus-menerus, kesadaran menurun sampai koma atau terdapat komplikasi yang berat sperti dehiras, darah menjadi asam (acidosis), infeksi selaput dalam rongga perut (peritonitis), perforasi, bronchopneumonia atau keadan gizi buruk.
2.6 Data penunjang
·         Biasanya leukopenia
·         Leukositosis pada kasus komplikasi
·         Widal titer> 1/640 (titer antibodi HR)
·         Widal titer antibodi 1:320 (antibodi OR)
·         Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid.
·         Piningkatan titer uji widal 4 kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosa demam tifoid.

2.7 Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
1.       Pemberian antibiotik ; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman, antiboatik yang digunakan :
a)      Kloramfenikol ; dosis hari pertama 4x250 mg, hari kedua 4x500 mg, diberikan selama demam dilanjutkan  hari kedua bebas demam, kumudian dosis diturunkan sampai 4x250 mg selama 5 hari kemudian.
b)      Ampissilin/amokssilin ; dosis 5-150 mg/KgBB diberikan selama 2 minggu.
c)       Kotrimoksazol ; 2x2 tabet diberikan selama 2 minggu
d)      Sefalosporin generasi II dan III ;
·         Sefriakson 4 g/hari selama 33 hari
·         Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
·         Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari
·         Ofloxasin 600 mg/hari selama 7 hari
·         Pefloxasin 400 mg/hari selama 7 hari
·         Fleroksassin 400 mg/hari selama 7 hari
2.       Istirahat dan perawatan profesional : bertujuan mencegah komplikasi dan mencepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai pulihnya kekuatan pasien. Perlu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadarn menurun, posisinya perlu diubah-ubah untuk mencegah dikubitus dan pneumonia hipostatik. Defikasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, kerena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin.
3.       Diet dan terapi penunjang (simptomatis dan suportif)
Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untk mendukung keadaan umum pasien.


2.8 Fokus pengkajian
1.       Riwat penyakit masa lalu
Menderita demam typoid yang lalu dapat relaps kembali. Kurangnya personal hygiene dan sanitasi lingkungan yang buruk dapat mempertinggi resiko demam typoid.
2.       Pemeriksaan Fisik
Peningkatan suhu tubuh dan leukosit mungkin ditemukan pada uji coba laboraturium. Adanya lidah typoid yang tampak khas, kelemahan penurunan kesadaran, mukosa bibir kering, uji widal positif, gangguan pencernaan seperti konstipisi dan diare.
3.       Tumbuh kembang dan psikososialpada anak usia 6-12 tahun
Tumbuh kembang: usia, semakin muda anak penderita typoid maka kemungkinan untuk relaps lebih tinggi.
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan pertumbuhan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2-4 kg/tahun dan anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri seks sekundernya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
a.       Motorik kasar
·         Loncat tali
·         Badminton
·         Memukul
·         Mtorik kasar dibawah kendali kognitif dan berdasrkan secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan.
b.      Motorik halus
·         Menujukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
·         Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik
c.       Koognitif
·         Dapat berfokus lebih dan satu aspek dan situasi
·         Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
·         Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
·         Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d.      Bahasa
·         Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
·         Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
·         Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
·         Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
1.       Hypertermi berhubungan dengan penyakit( infeksi salmonela typhi)
2.       Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea
3.       Konstipasi berhubungan dengan malabsorbsi (penerunan peristaltik usus)
4.       Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hypertermi


3.3   Intervensi

No Dx
TUJUAN ( NOC )
INTERVENSI ( NIC )
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x15 menit diharapkan suhu tubuh dalam batas normal dengan kreteria hasil:
Thermoregulation (0800)
(08001) suhu kulit dalam rentang yang diharapkan
(08002) suhu tubuh dalam rentang yang diharapkan
(08007) perubahan warna kulit tak tampak
(080012) rata rata nadi dalam rentang yang diharapkan
(080013)rata-rata respirasi dalam rentang yang diharapkan
(080014) hidrasi adekuat

Keterangan:
1.       Sangat berbahaya
2.       Banyak membahayakan
3.       Cukup membahayakan
4.       Kurang membahayakan
5.       Tidak membahayakan
Temperature regulation(3900):
1.       Monitor temperatur tiap 2 jam terakhir
2.       Monitor TTV
3.       Atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan klien
4.       Monitor perubahan warnadan suhu kulit klien
5.       Anjurkan cairan dan pemasukan nutrisi yang adekuat
6.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik sannol
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi,dengan kreteria hasil:
Nutritioonal status : nutrien intake (1009)
(100901)kalori intake
(100902)protein intake
(100903) karbohidrat intake
(100905) vitamin intake
(100906) mineral intake
(100907) besi intake

Keterangan :
1.       Tidak cukup
2.       Kurang cukup
3.       Cukup
4.       Lebih dari cukup
5.       terpenuhi
Management nutrisi (1100)
1.       kaji adanya alergi makanan klien
2.       sediakan diet dengan makanan tinggi serat
3.       sediakan makanan yang disukai pasien
4.       sajikan makanan dalam keadaan hangat dan berikan sedikit demi sedikt
5.       anjurkan intake tinggi protein, besi dn vitamin C
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat BAB dengan kreteria hasil :
Bowel elimination (0501)
(050101) pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
(050105) kotoran lembek dan berbentuk
(050110)konstipasi tidak tampak
(050113) nyaman dalam pengeluaran kotoran

Keterangan :
1.       sangat berbahaya
2.       banyak membahayakan
3.       cukup membahayakan
4.       kurang membahayakan
5.       tidak membahayakan
Impaction management (0450)
1.       monitor tanda dan gejala konstipasi
2.       auskultasi bising usus
3.       monitor gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi, volume, warna
4.       anjurkan untuk meningkatkan intake cairan
5.       instruksikan pasien/ keluarga untuk diet tinggi serat
6.       kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suposutoria
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan cairan dapat terpenuhi dengan kreteria hasil:
Fluid balance(0601)
(060107) keseimbangan intake dan output cairan dalam 24 jam
(060113)mata cekung tak tampak
(060116) kulit hidrasi
(060117) membran mukosa lembab

Keterangan :
1.       sangat membahayakan
2.       banyak membahayakan
3.       cukup membahayakan
4.       kurang membahayakan
5.       tidak membahayakan

Management cairan (4120)
1.       monitor status hidrasi
2.       monitor TTV
3.       observasi kulit, membran mukosa dan adanya edema
4.       kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan




DAFTAR PUSTAKA
·         Mansjoer, Arief. 2000. Kapita selekta kedokteran jilid 1. FK UI Jakarta : Media Aesculapius
·         Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
·         Marrion, Johnson, PhD, Rn, dkk. 1996. Nursing Outcomes classification. Philadelphia : Mosby
·         Mc Closkey, Joanne C, PhD, Rn, FAAN. 1996. Nursing interventions classification. Philadelphia : Mosby
·         Santoso, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperwatan Nanda. Jakarta : Medika Prima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar